PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BIDANG DATAR MELALUI MEDIA ANIMASI
POWERPOINT PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS VII
SMPLB MARTAPURA KERATON TAHUN AJARAN
2015 / 2016
Proposal PTK
Untuk Mengajukan Syarat Membuat Skripsi Mencapai Derajat Sarjana
Pendidikan Matematika S-1
Diajukan oleh
Hermawan
NIM 306.IID.30.20
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPENDIDIKAN DAN KEGURUAN
PGRI
BANJARMASIN
2015
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kemampuan mengenal
bidang datar anak Kelas VII SMPLB Tunagrahita Ringan melalui media Power Point.
Hasil penelitian berupa produk media
pembelajaran Interaktif Power Point
untuk mengenalkan bidang datar pada anak Tunagrahita ringan.
PowerPoint digunakan sebagai
media pembelajaran dan
untuk mempermudah
menampilkan konteks yang
digunakan agar siswa
lebih terarah dalam
meningkatkan meningkatkan pengenalan bidang datar matematika. Jenis penelitan adalah penelitian
eksperimen, dengan populasi
seluruh siswa kelas
VII SMPLB Keraton dan teknik
pengambilan sampel adalah
Tunagrahita ringan.
Kata
Kunci : bidang datar, Animasi Power Point dan
Tunagrahita
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini disusun untuk diajukan
sebagai tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian dengan judul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENGENAL BIDANG DATAR MELALUI MEDIA ANIMASI POWERPOINT PADA SISWA TUNAGRAHITA
KELAS VII SMPLB MARTAPURA KERATON TAHUN
AJARAN 2014 / 2015 ”.
Dalam penyelesaian
penulisan Proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Bapak Drs. H Hamsi Mansur M.MPd Selaku Dosen
pengampu mata kuliah
2.
Ibu
Dosen........................................ selaku Dosen pengampu mata kuliah
3.
Rekan-rekan
Mahasiswa PLB UNLAM Banjarmasin yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan Proposal ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga Proposal yang sederhana ini dapat membawa manfaat bagi
semua kita semua.
Banjarbaru, 20 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
Daftar
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Indentifikasi Masalah
- Batasan Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
Matematika
B.
Tahap
Perkembangan Kognitif dalam Pengenal bidang datar
C.
Bidang
Datar
D.
Media
Animasi Power Point
E.
Tunagrahita
F.
Kerangka
Berfikir
G.
Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
B.
Subjek
Penelitian
C.
Data
dan Sumber Penelitian
D.
Teknik
Pengumpulan data
E.
Validitas
Data
F.
Teknik
Analisis data
G.
Indikator
Keberhasilan
H.
Prosedur
Penelitian
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap warga Negara
Indonesia berhak memperoleh
Pendidikan. Hal ini
sesuai dengan UUD 1945
pasal 31 yang
menyatakan bahwa “setiap
warga Negara berhak memperoleh pendidikan
dan pengajaran”. Pemerintah
juga telah mencanangkan
tentang sistem pendidikan nasional yaitu Undang-Undang no. 20 tahun 2003
mengamanatkan bahwa warga yang mengalami kelainan fisik dan mental berhak
memperoleh pendidikan. Profesi guru adalah profesi yang penuh dengan aktivitas
ilmiah karenanya guru dituntut dapat mewujudkan suasana belajar yang
demokratif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran di sekolah, yaitu suasana
belajar yang melibatkan siswa secara aktif baik sebagai subjek maupun sebagai
objek belajar sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah sesuai dengan bakat dan potensi yang ada pada dirinya serta
secara langsung dan tidak langsung guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Namun faktanya, masih banyak guru belum sepenuhnya dapat merealisasikan suasana
belajar yang demokratis, kreatif dan inovatif. Penyebab utamanya adalah guru
belum mampu untuk menciptakan alat peraga dan teknik mengajar yang kurang variatif sehingga
pembelajaran menjadi monoton dan cenderung membosankan. Dominasi guru yang
terlalu kuat juga membuat kreativitas siswa kurang berkembang selain materi
pelajaran matematika yang terkenal abstrak. Apabila hal ini dibiarkan secara
terus-menerus akan menyebabkan mutu pembelajaran menurun sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan tidak akan pernah terwujud secara optimal dan
tentu akan berakibat pada hasil belajar dan tingkat kecanggihan berfikir siswa.
Hasil belajar siswa juga masih tergolong rendah. Berdasarkan hal tersebut maka
perlu dirancang suatu media pembelajaran yang dapat mengkonkritkan materi
pelajaran matematika yang tergolong abstrak menjadi nyata. Kehadiran dunia
nyata di dalam kelas sangat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami
matematika karena penyajian pembelajaran menjadi kontekstual, lebih menarik
perhatian dan minat siswa belajar matematika.
Pemanfaatan media merupakan
salah satu dari
sekian banyak masalah
dalam pembelajaran di sekolah termasuk pada mata pelajaran matematika.
Permasalahan ini relevan dengan bukti
empiris yang terjadi
di lapangan khususnya
dalam pembelajaran matematika di
SMPLB. Dari sebuah observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
kebanyakan guru mata pelajaran matematika cenderung menggunakan buku paket dan
papan tulis untuk membelajarkan siswa. Keberadaan buku paket
sebagai media bantu
pelajaran ternyata juga
belum berfungsi secara
optimal karena siswa hanya akan membaca buku paket yang diberikan jika
disuruh oleh guru untuk membaca atau mengerjakan soal-soal yang ada di
dalamnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SDLBN
Keraton Martapura untuk anak Tunagrahita terindikasi bahwa pembelajaran matematika
pun masih menghadapi berbagai masalah.
Guru-guru matematika masih menggunakan sistem kuota dalam. Pola pembelajaran
yang digunakan masih cenderung kurang
melibatkan keaktifan siswa
secara optimal. Penggunaan
buku-buku paket yang didominasi oleh
materi pelajaran dalam
bentuk teks serta
pemanfaatan LKS masih
lebih banyak digunakan oleh
guru dalam proses
pembelajaran. Mereka juga menyatakan
bahwa siswa seringkali kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran
yang diduga disebabkan oleh sifat
khusus dari matematika yang memiliki objek kajian abstrak (Soedjadi, R.
2003: 37) pembelajaran matematika dewasa ini cenderung ditujukan pada
ketrampilan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal
matematika. Secara individual, banyak siswa Tunagrahita kurang memahami konsep matematika yang pada
hakikatnya merupakan ilmu deduktif aksiomatis dan berangkat dari hal-hal yang
abstrak. Berkaitan dengan proses belajar-mengajar yang ditekankan pada proses
penataan nalar, pengembangan sikap kritis, logis dan ketrampilan menerapkan
matematika, maka siswa Tunagrhaita harus
memiliki kemampuan memahami konsep matematika sebagai prasyarat yang utama.
Berhubungan dengan hal itu, guru harus mempunyai peran yang sangat penting
dalam menyampaikan konsep-konsep matematika terutama dalam memilih media
pembelajaran yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Ada berbagai media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar, diantaranya
adalah dengan Alat Peraga dan pemanfaatkan Teknologi Komputerisasi yang
berbasis informasi dan komunikasi. Informasi yang dimaksud adalah data yang
telah diolah menjadi bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat bagi manusia,
sedangkan komunikasi adalah penyampaian pikiran oleh seseorang kepada orang
lain melalui media.
Salah satu software yang dapat digunakan untuk membuat media
pembelajaran dengan slide presentation adalah program Power Point, yang
dapat menampilkan informasi berupa tulisan, gambar-gambar, serta animasi
bergerak sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dari persoalan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Peningkatan
Kemampuan Mengenal Bidang Datar Melalui Media Animasi Powerpoint Pada Siswa
Tunagrahita Kelas VII SMPLB
Martapura Keraton Tahun Ajaran 2014 /
2015”
B.
Indentifikasi
Masalah
Dengan
berakhirnya proses pembelajaran dan
berdasarkan analisis nilai terhadap proses dan hasil pembelajaran
matematika, penulis merangkum permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
matematika tersebut, antara lain:
1.
Siswa
Tuna Grahita mengalami kesulitan dalam memahami bidang datar,
2.
Siswa Tunagrahita kurang mampu
menjelaskan tentang bidang – bidang dalam kehidupan sehari - hari,
3.
Siswa
Tunagrahita kurang mampu menjelaskan fungsi bidang datar kehidupan sehari –
hari
4.
Siswa
Tunagrahita kurang mampu mengaplikasikan fungsi bidang datar dalam
kehidupan sehari – hari.
C.
Batasan
Masalah
Berdasarkan hasil
diskusi peneliti bersama
teman sejawat serta konsultasi dengan pembimbing tentang
permasalahan tersebut, peneliti menarik
kesimpulan bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh kesulitannya anak tunagrahita dalam mengaplikasikan
suatu bidang datar. Menurut Oemar Hamalik
(1994), Kemampuan siswa
tersebut dapat dikembangkan secara
optimal melalui berbagai
metode yang digunakan
untuk mendorong kreativitas siswa
berdasarkan pengalaman dan
minat siswa serta mengembangkan potensi yang dimiliki.
Sedangkan
menurut Syahrul Abubakar, (1996 : 20), menjelaskan bahwa masing-masing
pembelajaran mempunyai ciri sendiri-sendiri, artinya setiap mata pelajaran mempunyai
metodik tersendiri. Metodik
umum adalah bagian
dari dikdatik. Metodik khusus
membahas cara mengajarkan
suatu mata pelajaran tertentu. Jadi
metodik khusus ialah
metode yang harus kita
gunakan dalam menyampaikan tiap
mata pelajaran kepada siswa dalam pembelajaran
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa Tunagrahita
dalam mengenal bidang datar dengan menggunakan media Power Point
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru,
maupun sekolah.
1.
Bagi
siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa Tunagrahita dalam mengenal bidang datar
2.
Bagi
peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru yang
akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah
3.
Bagi
guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk menambah
wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran.
4.
Bagi
sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar,
khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan out put sekolah.
F.
Batasan
Istilah
Untuk mendapatkan kesamaan arti terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut:
1.
Yang
dimaksud Animasi Power Point dalam penelitian ini adalah media
presentasi berbasis power point hasil Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diadakan oleh Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas, Departemen Pendidikan Nasional pada tanggal 6 Agustus 2006 sampai dengan
12 Agustus 2006 di Cisarua Bogor.
2.
Yang
dimaksud bidang datar dalam penelitian
ini adalah materi mengenal bentuk – bentuk bidang datar yang dialami dalam
kehidupan sehari – hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses dalam rangka menanamkan dan menciptakan
kondisi sehingga siswa memiliki ketrampilan matematika. Kondisi tersebut dapat
diciptakan atau dapat dialami siswa apabila sumber-sumber belajar yang ada
dapat dikembangkan oleh guru.
Hingga saat ini belum ada kesepakatan untuk mendefenisikan matematika.
Walau belum ada defenisi tunggal matematika, bukan berarti bahwa matematika
tidak dikenali. Pengetahuan tentang matematika memberikan bahasa, proses dan
teori yang memberikan ilmu sebagai bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa
matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang
suatu hakekat dan tujuan manusia.
Keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari
persiapan peserta didik, persiapan tenaga pendidik dan ketersediaan media
pembelajaran. Seperti apa yang telah diutarakan oleh Soedjadi (1985:5) bahwa
pengetahuan matematika mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa obyek
matematika tidaklah konkrit tetapi abstrak. Dengan mengetahui obyek penelaahan
matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat
diketahui juga cara berpikir matematika oleh E.T. Rusffendi (1980:148)
mengungkapkan: Matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari
empat wawasan yang luas, yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisa. Selain itu matematika
adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung pada
bidang studi lain.
B.
Tahap
Perkembangan Kognitif dalam Pengenal bidang Datar
Dalam pengenalan konsep lambang bilangan pada anak disesuaikan
dengan karakteristik anak dan sesuai dengan tahap perkembangannya, dimana anak
usia 2-7 tahun berada pada masa pra operasional. Berarti di usia ini anak membutuhkan
benda konkrit untuk memahami konsep hitung / bilangan. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2000: 229), penguasaan konsep hitung/ bilangan melalui
beberapa tahap yaitu:
a.
Tahap
Konsep / Pengertian
Pemahaman
atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda/peristiwa konkrit
seperti pengenalanwarna, bentuk, dan menghitung bilangan kegiatan. Kegiatan
tersebutdilakukan dengan menarik dan dapat dipahami oleh anak.
b.
Tahap
Transisi / Pengalihan
Peralihan
dari konkrit ke abstrak dari konsep lambang bilangan, tahap ini adalah saat
anak mulai benar-benar memahami konsepdengan cara apa saja. Saat inilah guru
mulai menunjukkan dengan memvariasikan cara penulisan lambang bilangan secara
bertahap sesuai dengan kecepatan kemampuan perkembangan anak. Anak tidak lepas
begitu saja diamati dan cara penulisannya tidak terburu-buru dengan diberi
pertolongan ingatan visual sehingga penguasaan tidak terbolak balik.
c.
Tahap
Lambang Bilangan
Tahap
ini anak sudah mulai diberi kesempatan menuliskan lambang bilangan sendiri
tanpa paksaan. Misal lambang bilangan 5 untuk menggambarkan jumlah
hitungan
5.
Piaget (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 5) menyatakan
bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dari dalam diri anak. Artinya
belajar dalam suatu proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis.
Selain itu, kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan mental anak, karena belajar dari anak harus keluar dari anak itu
sendiri. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila
anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung maka orang tua
dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan
sehingga kebutuhan anakdapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya
menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Rasa ingin tahu yang
tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi /rangsangan/motivasi yang
sesuai dengan tugas perkembangannya.
Berdasarkaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborn (1981)
(dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 5)perkembangan intelektual pada
anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nolsampai dengan usia pra sekolah
(4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra sekolah seringkali disebut sebagai masa
peka belajar.
Pernyataan ini didukung oleh Bloom (dalam Depdiknas, 2007: 5) yang
menyatakan bahwa 50% potensi intelektual anak sudah terbentuk di usia 4 tahun
kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
C.
Bidang Datar
Dalam matematika,
sebuah bidang adalah permukaan
datar dan dua dimensi.
Sebuah bidang adalah analog dua dimensi dari titik (nol dimensi), garis (satu dimensi) dan ruang (tiga dimensi). Bidang dapat muncul sebagai subruang dari ruang
dimensi yang lebih tinggi, misalnya dinding ruangan, atau berdiri sendiri
seperti pada geometri Euklides.
Dalam kehidupan sehari – sehari bidang datar lebih dikenal dengan
geometri datar. Geometri adalah sistem
pertama untuk memahami ide. Dalam geometri beberapa pernyataan sederhana
diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi pernyataan-pernyataan yang lebih
kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem deduktif. Geometri mengenalkan
tentang ide konsekuensi deduktif dan logika yang dapat digunakan sepanjang
hidup. Dalam mendefinisikan sebuah kata, pertama digunakan kata yang lebih
sederhana kemudian kata yang lebih sederhana ini pada gilirannya didefinisikan
menjadi kata yang lebih sederhana lagi, sehingga pada akhirnya, proses tersebut
akan berakhir. Pada beberapa tingkatan, definisi harus menggunakan sebuah kata
yang artinya sudah sangat jelas, ini dikarenakan agar artinya diterima tanpa
memerlukan definisi lagi, dengan kata lain dapat disebut dengan istilah tak
terdefinisikan (undefined term).
Garis dan bidang merupakan salah satu contoh dari istilah tak
terdefinisikan yang menjadi pijakan awal dari geometri, sehingga konsep garis
dan bidang sering digunakan dalam geometri. Misalnya adalah perpotongan dari dua
bidang akan menghasilkan sebuah garis yang terletak pada dua bidang yang saling
berpotongan. Kubus, balok dan lain sebagainya merupakan kumpulan
dari bidang – bidang. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa garis dan bidang
merupakan faktor dasar geometri, tentunya dengan tidak melupakan bahwa titik
juga merupakan dasar dari geometri.
Dalam hal ini
bidang – bidang datar yang akan dipelajari atau dikenalkan adalah
1.
Bujur sangkar (Persegi
sama sisi)
Suatu bangunan segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat
sudutnya siku-siku.
s
|
s
|
Panjang :
AB = BC = CD = DA
2. Persegi panjang
l
|
p
|
Panjang :
AB = CD (p)
BC = DA (l)
3. Segitiga
Segitiga
adalah suatu bangun datar yang jumlah sudutnya 1800 dan dibentuk
dengan cara menghubungkan tiga buah titik yang tidak segaris dalam satu bidang.
4. Jajaran Genjang
Jajaran Genjang mempunyai dua pasang sisi yang saling sejajar.
A
|
B
|
C
|
D
|
p
|
p
|
l
|
l
|
t
|
E
|
D
|
C
|
B
|
A
|
p
|
l
|
5. Layang-layang
Layang-layang dua pasang sisinya sama panjang.
6. Trapesium
Trapesium hanya memiliki sepasang sisi yang sejajar.
D
|
C
|
B
|
A
|
t
|
7. Lingkaran
Bentuk
lingkaran diperoleh dengan menentukan tempat kedudukan atau himpunan semua
titik-titik yang berjarak tetap terhadap sebuah titik.
r
|
D.
Animasi Power Point
Power Point adalah program aplikasi yang banyak digunakan untuk
keperluan presentasi, entah presentasi pada suatu seminar, promo produk, atau
kegiatan ilmiah tertentu yang
melibatkan banyak peserta.
Presentasi Power Point
itu sendiri adalah suatu
cara yang digunakan
untuk memperkenalkan atau menjelaskan tentang segala hal yang
dirangkum dan dikemas ke dalam beberapa slide. Sehingga orang yang menyimak
(peserta presentasi) dapat lebih mudah memahami penjelasan melalui visualisasi
yang terangkum di dalam slide. Baik itu berupa teks, gambar/grafik, suara,
film, dan lain sebagainya.
Program ini mempunyai
banyak kelebihan, di
antaranya yaitu dapat menggabungkan teks, gambar/grafik,
suara dan video dalam satu slide. Sehingga ini dapat memungkinkan sebuah
presentasi atau pembelajaran menjadi menarik. Beberapa hal yang menjadikan
media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai
kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi‐animasi
yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Penggunaan program
Power Point ini memiliki kelebihan sebagai berikut
o Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi,
baik animasi teks maupun animasi gambar atau foro.
o Lebih merangsang anak
untuk mengetahui lebih
jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
o Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik
o Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang
sedang disajikan.
o Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara
berulang ‐ ulang
o Dapat disimpan dalam
bentuk data optik
atau magnetik. (CD
/ Disket / flashdisk), sehingga paraktis untuk dibawa
ke mana‐mana.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan dan
pendayagunaan media Power Point dalam proses pembelajaran itu sangat
bermanfaat, begitu juga pada pelajaran matematika bagi anak Tunagrahita ringan.
Terutama dalam cara penyajian materi yang dapat diringkas dalam sebuah slide
yang berbentuk poin‐poin penting, serta disajikan dengan menampilkan
gambar, diagram, suara,
maupun animasi yang
sekira dapat membantu penyajian materi pembelajaran yang menarik.
E.
Tunagrahita
Tuna Grahita
adalah keterbatasan substansial
dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai
deng an terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan
yang terlet ak dibawah
rata -rata (IQ 70 atau
kurang) dan ditandai dengan
terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptifminimal di 2 area atau lebih.
(tingkah laku adap tif berupa kemampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan
rumah, ketrampilan sosial,
pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, areakesehatan dan
keamanan, fungsi akademik, pengisisan
waktu luang,dan ker ja)
Disebut Tuna Grahita
bila manifestasinya terjadi pada
usia dibawah 18 tahun.
Berdasarkan klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan
sebagai berikut.:
a) Golongan Tuna Grahitayang ringan
yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa
dewasanya kelak, usi a
mental yang bisa
mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia
10 tahun 9 bulan.Dengan rentang IQ antara 55 hingga 69. Pada usia 1
hingga 5 tahun, me reka sulit dibedakan dari anak-anak normal, sp ketika
mereka menjadi besar. Biasanya mampu mengembangkan ketrampilan
komu nikasi dan mampu
mengembangkanketrampilan
sosial. Kadang-kadang pada usia dib awah
5 tahun mereka menunjukkan sedikit kesulitan
sensorimotor.Pada usia 6 hingga 21 tahun, m ereka masih bisa mempelajari
ketrampilanketrampilan akademik hingga
ke las 6 SD
pada akhir usia
remaja, pada umumnya sulit
mengikuti pendid ikan lanjutan,
memerlukan pendidikan khusus.
b) Tuna Grahita golongan
moderate , masih bisa dilatih
(mampu latih).Kecerdasannya
terletak sekitar 40
hingga 51, pada
usia dewasa usiamentalnya
setara anak usia
5 t ahun 7 bulan hingga
8 tahun 2
bulan. Biasanyaantara usia 1 hingga usia5 tahunmerekabisa berbicara atau
bisa belajar berkomunikasi, memiliki
kesadaran sosial yang
buruk, perkembangan motor yang
tidak terlalu baik,
bisa diajari untuk
merawat diri sendiri, dan
bisa mengelola dirinya
dengan supervivi dari
orang dewasa. Pada akhir usia
remaja dia bisa
menyelesaikan pendidikan hingga
setara kelas 4 SD bila diajarkan secara khusus.
c) Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna
Grahita yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang IQnya terletak antara
25 hingga 39 .
Pada masa dewasanya
dia memiliki usia mental setara anak usia 3 tahun 2 bulan hingga 5 tahun 6 bulan. Biasanya perkembangan motoriknya
buruk, bicaranya amat
minim, biasanya sulit dilatih
agar bisa merawat
diri sendiri (harus
dibantu), seringkali tidak memiliki ketrampilan berkomunikasi.
F.
Kerangka Berfikir
Salah satu tujuan
pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam
meningkatkan pengenalan bidang datar anak Tunagrahita ringan. Kemampuan
pengenalan bidang datar siswa Tunagrahita dapat dikembangkan pada
siswa untuk mevisualkan bidang
datar dalam kehidupan sehari - hari. Dalam menyelesaikan
kemampuan pengenalan bidang datar siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan
visualisasi, sistematis dan kreatif serta mempunyai
dalam mendeteksi bidang – bidang datar dalam kehidupan sehari - hari.
Kemampuan mengenal bidang datar adalah
salah satu kemampuan untuk memahami konteksual suatu
bidang datar. Model pembelajaran
berbasis multimedia adalah salah satu pembelajaran aktif yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai
latar belakang bagi
siswa Tunagrahita untuk belajar
tentang cara mengenal bidang
datar dan keterampilan mendeteksi bidang
datar. Dalam pembelajaran berbasis
multimedia, siswa Tunagrahita
dihadapkan pada pengenalan
yang menjelaskan atau
memberikan alasan atas
penyelesaian dari suatu berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari untuk
mengenalkan bidang datar tersebut
sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di
atas, diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis multimedia animasi Power Point siswa
Tunagrahita dapat meningkatkan
pengenalan bidang datar siswa
Tunagrahita lebih tinggi
daripada pembelajaran konvensional.
.
G.
Hipotesis
Berdasarkan landasan
teori dan kerangka
pemikiran di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis “Melalui
media animasi Power Pont, kemampuan
pengenalan Bidang datar pada siswa Tunagrahita kelas
V SDLBN Keraton Martapura tahun pelajaran 2015/2016
dapat meningkat"
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
Dalam penilitian ini
peneliti mengambil lokasi
di SDNLB Keraton Martapura.Peneliti mengambil
lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan
bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam
mencari data, peluang
waktu yang luas
dan subjek penelitian
2.
Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan peneliti menentukan
menggunakan waktu penelitian
selama 2 bulan
yaitu bulan September
s.d. Oktober 2015. Waktu dari
perencanaan sampai penulisan
laporan hasil penelitian tersebut
pada tahun pelajaran 2015/2016.
No
|
Kegiatan
|
Januari
|
Febuari
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
I
|
1. Persiapan
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Perizinan
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Observasi awal
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
4. Pembuatan Instrumen
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
5. Uji Instrumen
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
II
|
Pelaksanaan Siklus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Siklus I
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
2. Siklus II
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
3. Siklus III
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
III
|
Pelaporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Penyusunan hasil laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
2. Pengumpulan
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V SDNLB Keraton
Martapura.
C.
Data
dan Sumber Data
Sumber data dari informan atau nara sumber, Asip, Hasil pengamatan,
dan Hasil tes.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto (1998:134)
mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara–cara yang
dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,
sehingga lebih mudah diolah.
Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa,
dalam pembelajaran. Peningkatan prestasi
belajar berupa data
tindak belajar atau perilaku
belajar yang dihasilkan
dari tindak mengajar
dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Data dalam penelitian
ini dikumpulkan oleh
peneliti melalui observasi, tes,
wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
1.
Observasi
(Pengamatan)
Ridwan (2007:76) menjelaskan bahwa observasi yaitu pengamatan
secara langsung ke
objek penelitian untuk
melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan. Karena sifatnya mengamati, maka alat yang
paling pokok adalah panca indera, terutama indera penglihatan.
Metode ini digunakan
untuk mengumpulkan data
melalui pengamatan terhadap subjek,
yaitu mengamati terutama
minat dan perubahan yang
dialami siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran. Pengamat dalam penelitian ini
dilakukan oleh teman sejawat.
2.
Metode
Tes
Tes merupakan pengumpul
informasi. Dalam penelitian
ini metode tes digunakan
sebagai alat untuk
memperoleh data dengan menguji kemampuan
siswa sebelum diberi
tindakan pembelajaran.
Melalui metode tes
tersebut digunakan untuk
menguji sejauh mana perbandingan siswa
mengalami perubahan tingkahlaku
serta prestasi sebelum diberi
tindakan dan sesudah diberi tindakan pembelajaran.
Suharsimi Arikunto dalam buku Manajemen
Penelitian (2005:101)
mengartikan instrumen penelitian
sebagai alat bantu merupakan saran
yang dapat diwujudkan
dalam benda misalnya
angket, daftar cek, pedoman wawancara, lembaran pengamatan.
Dalam penelitian ini
metode yang dipakai
adalah metode observasi, metode
catatan lapangan, dan
metode tes, maka
instrument yang dipakai adalah pedoman observasi, lembar
pengamatan, dan lembar soal tes.
Pedoman observasi yang
digunakan peneliti yaitu memuat garis besar sejauh
mana minat dan
sikap positif serta
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lembar pengamatan
digunakan untuk memperoleh data
sebelum tindakan, baik
dari guru maupun
penamatan langsung di lapangan.
Sedangkan lembar soal
tes digunakan untuk
menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.
E.
Validitas
Data
a. Triangulasi data (sumber)
b. Triangulasi metode
Pengumpulan Data
(Data Collection)
|
Reduksi Data
(Data Reduction)
|
Penyajian
Data
(Data
Display)
|
Simpulan-simpulan
penarikan/Verifikasi
|
F.
Teknik
Analisis Data
Dalam penelitian ini,
analisis data dimulai
sejak awal sampai
akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi
dari hasil penilaian observasi pada
saat tindakan dilakukan.
Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis
terhadap indikator penggunaan
peningkatan prestasi belajar
siswa.
Data dalam penelitian
ini diperoleh mulai
observasi langsung pada objek penelitian untuk mengungkapkan
sejauh mana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Observasi langsung dilaksanakan pada
kondisi awal pembelajaran
di dalam kelas.
Tujuan analisis dalam penelitian tindakan
kelas untuk memperoleh
data kepastian apakah
terjadi perbaikan,
peningkatan sebagaimana diharapkan.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
analisis diskriptif teknik
persentasi,teknik deskriptif kualitatif,
dan kuantitatif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan persentase
pencapaian yang selanjutnya.
G.
Indikator
kerja / Keberhasilan
Aspek yang
diukur
|
Persentase
Target Capaian
|
Cara Mengukur
|
Siklus III
|
||
Keaktifan siswa Tunagrahita
selama apersepsi
|
70%
|
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa Tunagrahita yang menampakkan
kesungguhan dalam pembelajaran.
|
Keaktifan siswa Tunagrahita
dalam mengikuti pelajaran
|
70%
|
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh
peneliti dan dihitung dari jumlah siswa
yang menampakkan kesungguhan
dalam pembelajaran.
|
Ketuntasan hasil belajar
|
70%
|
Dihitung dari jumlah
siswa yang memperoleh nilai
70 ke atas
berdasarkan tes yang
dilakukan oleh
guru.
|
|
|
|
|
|
|
H.
Prosedur
Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
Matematika di kelas V SDLBN dalam
tiga siklus yang masing-masing melalui empat tahapan yaitu, (1)
perencanaan, (2)pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi
Adapun skema siklus tersebut digambarkan sebagai
berikut:
SIKLUS
I
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Observasi
|
Refleksi
|
|
Penulisan
Laporan
|
SIKLUS
II
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Observasi
|
Refleksi
|
SIKLUS
II
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Observasi
|
Refleksi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar