MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN - Sastra Education

Breaking

Minggu, 20 November 2016

MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN



Sejarah  menunjukkan  bahwa  kini  filsafat  tidak  lagi  membawa pemikiran  mengenai  adanya  subjek  besar  sebagaimana  masa  lalu. Kemajuan  ilmu  pengetahuan,  terutama  ilmu  pengetahuan  alam,  telah menggoyahkan dasar-dasar pemikiran filsafat.Filsafat mulai berkembang  dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu  pengetahuan  menjadi  semacam  pendekatan  dan  perekat  kembali berbagai  macam  ilmu  pengetahuan  yang  telah  berkembang  pesat  dan terpisah   satu  dengan  lainnya.  Jadi  jelaslah  bagi  kita  bahwa  filsafat berkembang  sesuai  dengan  perputaran  dan  perubahan  zaman.  Paling tidak,  sejarah  filsafat  lama  membawa  manusia  untuk  mengetahui  salah satu cerita dalam kategori filsafat spiritual kuno.  Kira-kira 1200-1000 SM sudah  terdapat  cerita-cerita  lahirnya  Zarathusthra,  dari  keluarga sapitama,  yang  lahir  di  tepi  sungai,  yang  ditolong  Ahura  Mazda  dalam masa pemerintahan raja-raja Akhmania (550-530 SM).

1.  Timur Jauh
Yang termasuk wilaya timur jauh  ialah China, India, dan Jepang. Di India  berkembang  filsafat  spiritualisme,  Hinduisme  dan  Buddhisme. Sedangkan  di  jepang  berkembang  Shintoisme,  begitu  juga  china berkembang Taoisme dan konfusianisme (Gazalba, 1986:60).
a.  Hindu
Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan  kembali  secara   berulang  dalam  bentuk  manusia  atau binatang  sehingga  ia  menjadi  suci  dan  sempurna  sebagai  bagian dari  jiwa  universal  (reinkarnasi).  Karma  tersebut  pada  akhirnya akan menentukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta . 
b.  Budha
Pencetus agama Buddha ialah Sidarta Gautama (kira-kira 563 -483  SM)  sebagai  akibat  dari  ketidakpuasannya  terhadap penjelasan  para  guru  Hinduisme  tentang  kejahatan  yang  sering menimpa  manusia.  Setelah  melakukan  hidup  bertapa  dan meditasi  selama  enam  tahun,  secara  tiba-tiba  dia  menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasan-gagasan itulah yang  kemudian  menjadi  dasar  agama  Hindu  (Sanuel  Smith, 1986:12).
c.  Taoisme
Pendiri  Taoisme  ialah  Lao  Tse,  lahir  pada  tahun  604  SM. Tulisannya  yang  mengandung  makna  filsafat  adalah  jalan  Tuhan atau sabda Tuhan, Tao ada dimana-mana, tetapi tidak berbentuk dan  tidak  pula  diraba,  tidak  dapat dilihat dan  didengar.  Manusia harus hidup selaras dengan Tao dan harus bisa menahan nafsunya sendiri.
d.  Shinto
Shinto  merupakan  salah  satu  kepercayaan  yang  banyak dipeluk  masyarakat  jepang.  Sejak  abad  ke  19  Shinto  telah mendapat  status  agama  resmi  Negara,  yang  menitik  beratkan pemujaan  alam  dan  pemujaan  leluhur.  Agama  Shinto  memiliki banyak upacara keagamaan.
2.  Timur Tengah
a.  Yahudi
Yahudi berasal darinama seorang putra Ya’kub, Yahuda, putra ke  empat  dari  12 orang  bersaudara.  Pemikiran-pemikiran  filsafat Timur Tengah muncul sekitar 1000-150 SM.
b.  Kristen
Pengikut agama Kristen pada waktu itu tidak ubahnya  seperti pengikut  agama  lain,  yaitu  dari  golongan  rakyat  jelata.  Setelah berkembang,  pengikutnya  pun  merambah  ke  kalangan  atas,  ahli pikir  (filosof)  dan  kemudian  para  pemikir.  Atas  kemajuannya, zaman ini disebut zaman patristic.
3.  Romawi dan Yunani : Antromorpisme
Antromorpisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifatsifat  Tuhan  (Pencipta)  dengan  sifat  yang  ada  pada  manusia  (yang diciptakan).
B.  Reaksi Terhadap Spiritualisme di Yunani
Spiritualisme  merupakan  suatu  aliran  filsafat  yang  mementikan kerohanian,  lawan  dan  materialisme  (Poerdarminta,  1984:963).  Karena itu  spiritualisme  mendasari  semua  yang  ada  di  alam  terdiri  dari  ruh, sukma,  jiwa  yang  tidak  berbentuk  dan  tidak  menempati  ruangan.  Jiwa mempunyai kekuatan dan dapat melakukan tanggapan (voorsteling) atau sesuatu  yang  bukan  berasal  dari  tangkapan  panca  indera,  yang  datang secara  tiba-tiba  berbentuk  gambaran.  Dengan  kata  lain  jiwa  adalah  alat untuk menerima sesuatu yang bersifat non-materi yang tidak bercampur dengan  tangkapan-tangkapan pancaindera lahiriyah. Jiwa ini menangkap angan-angan yang murni dan alami pada lapangan metafisis (Suryadipura, 1994:105).
Namun  demikian  ,  ternyata  ada  beberapa  filosof  yang  merasa kurang  puas  dengan  aliran  spiritualisme  yang  dianggap  tidak  sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Maka  lahirlah aliran materialisme. Diantara tokohnya  adalah  Leukipos  dan  Demokritus  (460-370  SM),  yang menyatakan  semua  kejadian  alam  adalah  atom,  dan  semuanya  adalah materi.  Kemudian  lahir  pila  aliran  Rasionalisme  Rene  Descartes,  yang menyatakan  bahwa  pusat  segala  sesuatu  terletak  pada  dunia  rasio, sementara  yang  alin  adalah  objeknya.  Demikianlah  rangkaian  reaksi filosof  terhadap  aliran  spiritualisme.  Sebenarnya  aliran  ini  tidak  saja bergulir di Yunani , tetapi juga di dunia Barat dan Eropa.
C.  Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Suatu  pandangan  teoritis  itu  mempunyai  hubungan  erat  dengan lingkungan  dimana pemikiran  itu  dijalankan, begitu  juga  lahirnya  filsafat yunani  pada  abad  ke-6  SM.  Bagi  orang  yunani,  filsafat  merupakan  ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di Yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama bidang filsafat pendidikan.
D.  Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates (470-3 SM)
Dalam  sejarah  filsafat,  Sacrates  adalah  seorang  pemikir  besar kuno,  yang  gagasan  filosofis  dan  metode  pengajarannya  sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia Barat. Prinsip  dasar  pendidikan  menurut  Socrates   adalah  metode dialektis. Metode ini digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang  direncanakan  untuk  mendorong  seseorang  belajar  berpikir  secara cermat  untuk  menguji  coba  diri  sendiri,  dan  untuk  memperbaiki pengetahuannya.
E.  Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM)
Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun warga Negara . Negara wajib memberikan pendidikan pada setiap warga Negara. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing sesuai dengan jenjang usianya.
F.  Pemikiran Filsafat Pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM)
Menurut Aristoteles agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya sehingga ia memerlukan dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu mempunyai tujuan untuk kebahagiaan . Dan kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Barnadib, 1994:72).
Aristoteles juga menganggap penting pembentukan kebiasaan pada pendidikan dasar. Pada tingkat pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar