Desain pembelajaran
berdasarkan kurikulum fungsional
dan setting alamiah yang
teruji ketepatan, kefektifan, dan efisiensinya. Tahap pertama pengembangan
telah menghasilkanprototipe
desain pembelajaran. Prototipe tersebut terdiri
atas 4 komponen;
yakni: assessment, perencanaan
dan penulisan kurikulum fungsional, implementasi, dan
evaluasi. Komponen assessment merupakan langkah
menghasilkan informasi
tentang kemampuan dan
kebutuhan anak, serta perkembangan
biopsikososial anak dari waktu
ke waktu. Komponen
perencanaan dan penulisan kurikulum
fungsional merupakan langkah
untuk menghasilkan program dan proses pembelajaran untuk
anak deafblind. Kurikulum
ini disusun berdasarkan
hasil assessment. Komponen
ketiga, implementasi, merupakan langkah pelaksanaan
kurikulum di dalam
kelas.
Pada tahap
ini dilakukan penjabaran
kurikulum dengan cara mengembangkan long term
goals, yang bersifat tahunan,
sampai short term objectives, yang
sifatnya harian. Pada
tahap ini juga program yang telah
ditetapkan dilaksanakan dalam
kelas. Komponen evaluasi
merupakan langkah pengukuran dan pengambilan keputusan sejauh mana
kemajuan yang dicapai
oleh anak,
apakah anak telah mencapai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang
yang telah ditetapkan,
serta menentukan apakah program proses belajar yang telah dirumuskan
perlu diperbaiki.
Hasil uji
ahli menunjukkan bahwa
desain pembelajaran
berdasarkan kurikulum fungsional dan setting alamiah tepat untuk
diterapkan kepada anak deafblind. Selain itu, melalui hasil uji lapangan
juga ditemukan bahwa
desain pembelajaran ini efektif dan efisien untuk anak deafblind.
Sumber : Widjajatin,
Anatasia.2009.Pengembangan Desain Pembelajaran Bagi Anak Buta Tuli ( Deafblind) Berdasarkan Kurikulum
Fungsional dan Bersetting Alamiah. Skripsi. Universitas Negeri Malang: Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar