Hasil survey RNIB (Walker et al.,
1992) dan beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa mayoritas anak
tunanetra menyandang ketunaan lain yang berupa ketunaan fisik, inderia, ataupun
kognitif. Beberapa alat asesmen yang telah dideskripsikan di atas, seperti
Proyek Reynell Zinkin dan Oregon, menyangkut masalah ketunagandaan ini juga.
Bila instrumen-instrumen ini terutama menyangkut faktor-faktor perkembangan
yang operatif hingga usia lima atau enam tahun, maka akan kurang relevan bila
dipergunakan untuk mengases keterampilan dan kemajuan anak usia sekolah,
terutama pada masa remaja. Anak-anak tertentu yang sudah lebih besar demikian
terlambat perkembangannya sehingga hampir tak dapat dihindari bahwa asesor akan
memfokuskan asesmennya pada kompetensi yang normalnya diperoleh pada awal masa
kanak-kanak. Dalam keadaan demikian, banyak item tes dalam prosedur Reynell
Zinkin dan Oregon akan masih tepat.
Satu sistem yang bebas usia dan
yang dapat mengungkapkan lebih banyak informasi daripada yang tersirat dalam
judulnya adalah Vision for Doing (Aitken & Buultjens, 1992). Keuntungan
besar dari sistem ini adalah bahwa asesmen dan remediasi diperlakukan sebagai
satu. Sementara penekanannya adalah pada metode asesmen penglihatan fungsional
anak yang menyandang ketunaan ganda, sistem ini juga mengungkapkan tentang
bagaimana anak-anak ini dapat dibantu untuk mengembangkan dan memanfaatkan
penglihatannya itu untuk memperluas pemahamannya tentang obyek, peristiwa, dan
fenomena lain dari lingkungan fisik dan sosialnya. Pencipta sistem ini
menggambarkan sasaran utamanya adalah untuk "membantu staf yang bukan
spesialis dalam bidang ketunanetraan". Tujuan tersebut tentu tercapai; dan
nilainya bagi guru spesialis pun sama besarnya.
Satu instrumen lain yang
didasarkan atas keyakinan bahwa asesmen dan pengajaran itu harus sejalan adalah
the Next Step on the Ladder (Simon, 1986). Instrumen ini merupakan hasil dari
penelitian dan praktek yang dikembangkan selama bertahun-tahun di unit tunarungu-netra
pada rumah sakit Lea di Bromsgrove, di bawah kepemimpinan Gerry Simon. Meskipun
penekanan instrumen ini adalah pada pemanfaatan sisa penglihatan yang masih
dimiliki anak, tetapi orientasinya secara umum adalah ke arah membekali anak
agar dapat berfungsi secara lebih mandiri di dalam lingkungan rumah dan
sekolahnya.
Satu instrumen yang telah dibuat untuk kebutuhan subyek yang lebih tua adalah the Profile of Adaptive Skills (Stockley & Richardson, 1991). Instrumen tersebut dideskripsikan sebagai satu skala penilaian untuk mengukur keterampilan sosial dan personal bagi remaja akhir dan dewasa muda penyandang kesulitan belajar tingkat sedang hingga parah. Salah satu karakteristiknya yang unik adalah bahwa profil yang muncul dari catatan tentang prestasi klien dapat memberikan informasi bagi klien itu sendiri, bagi instrukturnya dan majikannya, dan kemudian dapat dipergunakan oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab atas kesejahteraannya dan perkembangannya lebih lanjut. Karena dirancang untuk dilaksanakan berulang-ulang, maka instrumen ini dapat mengungkapkan bagaimana kemajuan keterampilan, kemampuan dan kemandirian klien itu. Penerapannya di lembaga pendidikan lanjutan bagi tunanetra menunjukkan bahwa instrumen ini valid dan praktis.
Satu instrumen yang telah dibuat untuk kebutuhan subyek yang lebih tua adalah the Profile of Adaptive Skills (Stockley & Richardson, 1991). Instrumen tersebut dideskripsikan sebagai satu skala penilaian untuk mengukur keterampilan sosial dan personal bagi remaja akhir dan dewasa muda penyandang kesulitan belajar tingkat sedang hingga parah. Salah satu karakteristiknya yang unik adalah bahwa profil yang muncul dari catatan tentang prestasi klien dapat memberikan informasi bagi klien itu sendiri, bagi instrukturnya dan majikannya, dan kemudian dapat dipergunakan oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab atas kesejahteraannya dan perkembangannya lebih lanjut. Karena dirancang untuk dilaksanakan berulang-ulang, maka instrumen ini dapat mengungkapkan bagaimana kemajuan keterampilan, kemampuan dan kemandirian klien itu. Penerapannya di lembaga pendidikan lanjutan bagi tunanetra menunjukkan bahwa instrumen ini valid dan praktis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar