Definisi Low vision
1. Definisi low vision berdasarkan
kuantitas pengukuran tajam penglihatan dan lapang pandangan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan low vision pada
tahun 1992 sebagai berikut :
Seorang dengan
low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi penglihatan setelah
penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18
(20/60) terhadap
persepsi cahaya atau lapang pandangan kurang dari 100 dari titik fiksasi.
Definisi terbaru low vision meliputi
pengukuran/pemeriksaan sensitivitas kontras, skotoma sentral atau parasentral serta
keluhan peningkatan kepekaan terhadap cahaya, kelainan persepsi warna, adaptasi gelap, motilitas
mata dan fusi.
2. Low Vision
adalah seseorang yang memiliki penglihatan jauh, tetapi masih mungkin dapat
melihat obyek dan benda-benda yang berada pada jarak beberapa inci atau
meksimum pada jarak beberapa kaki (Emirat, Barraga Natalie C).
3. Low Vision
adalah seseorang yang memiliki keruskan penglihatan yang sangat berat, meskipun
telah mengalami perbaikan, tetapi masih mungkin meningkat fungsi penglihatannya
menggunakan alat Bantu optic, non optic, dengan modifikasi lingkungan dan atau
teknik (Dr. Corn).
4. Low Vision
adalah seseorang yang memiliki ketajaman penglihatan yang menurun/lemah dan
atau ada kelainan pada luas pandang atau pada visual system (The United States
standards for Low Vision Services).
5. Low Vision
adalah kondisi penglihatan yang masih mengalami kesulitan untuk melihat
meskipun sudah menggunakan kacamata ataupun tidak terbantu dengan kacamata
(PERTUNI).
6. Low Vision
(kurang lihat) adalah mereka yang mengalami kelainan penglihatan sedemikian
rupa tetapi masih dapat membaca huruf yang dicetak besar dan tebal baik
menggunakan alat Bantu penglihatan maupun tidak (Dr. Juang Sunanto).
B.
Ciri-ciri Anak Low Vision
1.
Ciri-ciri umum: (a) menulis dan
membaca dalam jarak dekat; (b) hanya dapat membaca huruf berukuran besar; (c)
sulit membaca tulisan di papan tulis dari jarak jauh; (d) memicingkan mata atau
mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang terang; (e) terlihat tidak
menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu; (f) kondisi mata tampak lain,
misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada bagian luar.
2.
Ciri-ciri Fisik: (a) sekeliling mata
memerah, bulu mata menutup pandangannya; (b) mata berair atau mata memerah; (c)
sering ada timbil di mata atau merasa gatal; dan (d) rasa pening, sakit
kepala, atau rasa mual.
3.
Ciri-ciri sikap:
a)
berkedip-kedip
atau memutar-mutar mata;
b)
memejamkan mata
atau menutupi satu mata;
c)
mengerutkan atau merubah wajah;
d)
terlalu sensitive kepada cahaya;
e)
sulit melihat di tempat gelap;
f)
tidak dapat membedakan warna atau
menduga jarak;
g)
sulit membaca dekat atau jauh;
h)
seringkali kehilangan baris bila
sedang membaca dan tidak dapat kembali pada baris yang dimaksud;
i)
mengeluhkan
tulisan yang terlalu kecil dan kabur;
j)
sulit membaca
tulisan yang ada di papan tulis;
k)
tulisannya
buruk dan susunanya tidak rapi;
l)
tidak dapat
menggambar sebuah bangun geometri an tidak bisa mencari peta;
m)
kesulitan memotong atau menjahit;
n)
kelihatan kaku
dan tidak bisa mengkoordinasikan mata atau tangan;
o)
posisi kepalanya tidak benar;
p)
posisi tubuhnya
tidak benar bila berjalan atau bekerja;
q)
penuh keraguan, dan bila berjalan
sering tersandung;
r)
sering membentur benda;
s)
mudah tergelincir dan sering
menabrak benda atau sulit naik dan turun tangga;
t)
mudah terkejut bila ada orang atau
sesuatu yang tiba-tiba datang ke arahnya.
u)
Tidak mau
bermain secara berkelompok.
v)
Selalu
kelihatan bingung pada suatu tempat, misalnya (1) mencari suatu benda (2)
gerakannya, postur tubuhnya, wajahnya menunjukkan rasa kesal.
C.
Klasifikasi Anak Low Vision
The International Classification of Disease, 9 th
Revision, Clinical Modifiication (ICD-9-CM) membagi low vision atas 5 kategori. sebagai
berikut :
- Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/60 sampai 20/160.
- Severe visual impair inert. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 20 derajat atau kurang ( diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah 1114e, 3/100, objek putih ).
- Profound visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/400 sampai atau diameter lapang pandangan adalah 100 atau kurang.
4.
Near-total
vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi 20/1250 atau
kurang.
5.
Total blindness. No light
perception.
D. Etiologi dan Gejala Klinis
Low dapat diakibatkan oleh
berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan sistem visual.
Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian besar yang
dapat membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan pasien serta memililih dan mengimplementasikan
strategi untuk rehabilitasnya.
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat
golongan yaitu :
1.
Penglihatan
sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan media (cornea, lensa.
corpus vitreous).
2.
Gangguan
resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal. khas pada oedem makula atau
albinisme.
3.
Skotoma
sentralis. khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi dan kelainan-kelainan nervus
optikus.
4.
skotoma perifer, khas untuk glaukoma
tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan retina perifer lainnya.
Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta
atau mengalami low vision karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun,
tetapi meningkat yang disebabkan
karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup yang lebih panjang.
Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami
penurunan fungsi penglihatan
yang bermakna untuk beberapa tahun.
E.
Penyebab Low Vision
Low Vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang
mempengaruhi mata dan sistim penglihatan. Cacat bawaan, kecelakaan, penyakit
tertentu, atau ketuaan, semuanya dapat mengakibatkan cacat penglihatan.
Penyebab yang lebih umum adalah kerusakan pada retina, yaitu
jaringan peka cahaya dibelakang mata. Namun, kerusakan penglihatan dapat juga
disebabkan oleh situasi-situasi seperti :
· Katarak
· Degenerasi Makula
· Retinopati Diabetika
· Glaukoma
· Luka pada kornea
· Terlepasnya retina
Kelainan-kelainan lain dapat juga menyebabkan Low Vision.
Hal ini meliputi RETROLENTAL FIBROPLASIA (kelainan pada retina yang dapat
terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur akibat tingginya kadar oksigen di
inkubator), stroke, degenerasi saraf seperti Multipel Sklerosis, luka pada mata
atau otak, dan kelainan-kelainan yang diturunkan seperti Retinitis Pigmentosa
(kerusakan retina yang menyebabkan hilangnya penglihatan tepi secara progresif
atau terus-menerus).
Sumber :
Astati,
dkk. 2007. Pengantar Pendidkan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Budi,
Antika Onny. 2008. Pendidikan Tunanetra. Bandung: Refika Aditama.
Efendi,
Muhammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Surtikanti, Ilham Sunaryo. 2011. Pendidikan Berkebutuhan
khusus (Inklusif). Surakarta: UMS.
Wibowo,
Sakti. 2012. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. (http://saktiwibowo.blogspot.co.id)
Diakses pada tanggal 17 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar