Ruang
lingkup filsafat adalah semua lapangan
pemikiran manusia yang
komprehensif. Segala sesuatu
yang mungkin ada
dan benar-benar ada (nyata),
baik material konkret
maupun nonmaterial (abstrak).
Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, 1988:22).Secara makro,
apa yang menjadi
objek pemikiran filsafat
yaitu permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta, dan
alam sekitarnya, juga merupakan
objek pemikiran filsafat
pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat
pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara
tegas sifat hakikat
pendidikan (the natureof education);
2. Merumuskan sifat
hakikat manusia, sebagai
subjek dan objek pendidikan (the nature of man);
3. Merumuskan secara
tegas hubungan antara
filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan, dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan
antara filsafat Negara
(ideology), filsafat pendidikan
dan politik pendidikan (system pendidikan);
6. Merumuskan system
nilai norma atau
isi moral pendidikan
yang merupakan tujuan pendidikan
Kesimpulannya, yang menjadi
ruang lingkup filsafat
pendidikan adalah semua aspek
yang berhubungan dengan
upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat
pendidikan itu sendiri,
yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang
baik dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat
dicapai seperti yang
dicitacitakan.Memperhatikan
tujuan atau ruang
lingkup filsafat yang
begitu luas, maka para
ahli pun membatasi
ruang lingkupnya.
Menurut Will Durant (Hamdani Ali, 1986:7-8), ruang
lingkup studi filsafat itu ada lima: Logika, estetika, etika, politik, dan
metafisika.Sebagaimana filsafat umum,
filsafat pendidikan juga
memiliki beberapa sumber; ada
yang tampak jelas
dan ada yang
tidak jelas.
Sumber-sumber primer dari
filsafat hidup dan
filsafat pendidikan : manusia, Sekolah, dan Lingkungan.
Menurut Will Durant (Hamdani Ali, 1986:7-8), ruang lingkup studi
filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika.
1. Logika. Studi
mengenai metode-metoe ideal
mengenai berpikir dan meneliti
dalam melaksanakan observasi,
introspeksi, dedukasi dan induksi,
hipotensis dan analisis
eksperimental dan lain-lain,
yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas
manusia melalui upaya
logika agar bisa dipahami.
2. Estetika. Studi
tentang bentuk dan
keindahan atau kecantikan
yang sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian.
3. Etika. Studi mengenai
tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya
tinggi. Menurut sacrotes, bahwa etika sebagai
pengetahuan tentang baik,
buruk, jahat dan
mengenai kebijaksanaan hidup.
4. Politik. Suatu
studi tentang organisasi
sosial yang utama
dan bukan sebagaimana yang
diperkirakan orang, tetapi
juga sebagai seni pengetahuan dalam
melaksanakan pekerjaan kantor.
Politik merupakan pengetahuan mengenai organisasi sosial seperti
monarki, aristokrasi, demokrasi, sosialisme, markisme, feminisme, dan
lain-lain, sebagai ekspresi actual
filsafat politik.
5. Metafisika. Suatu studi
mengenai realita tertinggi dari hakikat
semua benda, nyata dari
benda (ontologi) dan
dari akal pikiran
manusia(ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh
antara pikiran seseorang dan
benda dalam proses
pengamatan dan pengetahuan
(epistemologi)
Menurut Imam
Barnadib (194:20), filsafat
sebagai ilmu yang mempelajari objek
dari segi hakikatnya,
memiliki beberapa problema pokok, antara lain: realita,
pengetahuan dan nilai.
1. Realita, yakni
kenyataan yang selanjutnya
mengarah kepada kebenaran, akan
muncul bila orang telah mampu mengambil konklusi bahwa pengetahuan yang
diperoleh tersebut memang nyata. Realita dibagi oleh matafisika;
2. Pengetahuan, yakni
yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, missal apakah
pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut,
dan jenis-jenis pengetahuan.
Pengetahuan dibagi oleh epistemologi;
3. Nilai, yang
dipelajari oleh filsafat
disebut aksiologi. Pertanyaanpertanyaan yang
dicari jawabannya, misalnya
nilai yang bagaimana yang diingini manusia sebagi dasar
hidupnya.Sebagi filsafat umum,
filsafat pendidikan memiliki
beberapa sumber; ada yang tanpa jelas dan ada yang tidak jelas.
1. Manusia(people). Manusia kebanyakan mengalami
kesulitan-kesulitan dalam proses kedewasaan
atau kematangan. Hal
ini tentunya memiliki dampak
yang signifikan bagi
keyakinan manusia sebagai individu. Orang tua, guru, teman,
saudara kandung, anggota keluarga, tetangga
dan orang lain
dalam masyarakat akan
mempengaruhi pemikiran dan tingkah
laku individu. Macam-macam
hubungan dan pengalaman di
atas membantu proses
penciptaan sikap dan
sistem keyakinannya.
2. Sekolah. Pengalaman seseorang,
jenis sekolah, dan
guru-guru di dalamnya merupakan
sumber-sumber pokok filsafat pendidikan. Banyak orang yang telah
memutuskan untuk berprofesi sebagai guru karena mereka menyenangi
sekolah, atau mungkin
karena dipengaruhi seseorang selama
belajar disekolah. Sekolah
telah mempengaruhi dan terus
akan mempengaruhi filsafat
pendidikan seseorang.
3. Lingkungan (environment). Lingkungan
sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan
adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan. Jika
seseorang dibesarkan dalam
masyarakat yang menempatkan suatu nilai pendidikan
yang tinggi hal
ini akan mempengaruhi filsafat
pendidikan seseorang. Dengan demikian hubungan fisafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah
pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan
kehidupan manusia.
Dalam kontek
ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas menyangkut
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
D. Hubungan Filsafat dengan
Filsafat Pendidikan
Filsafat yang
dijadikan pandangan hidup
oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan
pedoman yang melandasi semua aspek hidup
dan kehidupan bangsa,
termasuk aspek pendidikan.
Filsafat pendidikan yang dikembangkan
harus berdasarkan filsafat
yang dianut oleh suatu
bangsa. Sedangkan pendidikan
merupakan suatu cara
atau mekanisme dalam menanamkan
dan mewariskan nilai-nilai
filsafat itu sendiri. Pendidikan
sebagai suatu lembaga
yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma
tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung
lembaga pendidikan dan
pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan
proses tersebut efektif, dibutuhkan
landasan-landasan filosofis dan
ilmiah
sebagai asas
normative dan pedoman
pelaksanaan pembinaan (Muhammad
Noor Syam, 1988:39).Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan:
1. Filsafat ,
dalam arti filosofis,
merupakan satu cara
pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh
para ahli.
2. Filsafat, berfungsi
memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang
memilki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam
hal ini filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogic).
Menurut Ali
Saifullah, antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan terdapat
hubungan yang suplementer:
filsafat pendidikan sebagi suatu
lapangan studi mengarahkan
pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
tugas normative ilmiah, yaitu:
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar,
tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang
hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
2. Kegiatan merumuskan
sistem atau teori
pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan
pendidikan, metodologi pendidikan dan
pengajaran, termasuk pola-pola
akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan
masyarakat (Zuhairini, 1992:18).
Bahwa antara
filsafat pendidikan dan
pendidikan terdapat suatu hubungan yang
erat sekali dan
tidak terpisahkan. Filsafat
pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam system pendidikan
karena filsafat merupakan pemberi
arah dan pedoman
dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan
kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya system pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar