TUNAGANDA - Sastra Education

Breaking

Jumat, 21 Oktober 2016

TUNAGANDA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengertian
Setiap anak diciptakan Tuhan secara berbeda satu sama lain. Tidak semua anak diciptakan secara sempurna. Beberapa dari mereka terlahir dengan memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan, baik fisik maupun psikis. Para awam sering menyebut mereka sebagai anak penyandang cacat. Istilah lain dari anak penyandang cacat adalah anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus untuk mengembangkan segenap potensi yang mereka miliki (Hallahan & Kauffman, 2006, p.8). Para anak berkebutuhan khusus mungkin saja mengalami gangguan atau ketunaan, seperti gangguan fisik (tunadaksa), emosional atau perilaku, penglihatan (tunanetra), komunikasi, pendengaran (tunarungu), kesulitan belajar (tunalaras),  atau mengalami retardasi mental (tunagrahita). Adapun beberapa anak mengalami lebih dari satu gangguan atau ketunaan. Mereka dikenal sebagai anak tunaganda / tuna majemuk.


 Anak tuna majemuk adalah anak yang mengalami dua hambatan atau lebih. Misalnya anak tuna netra plus tuna rungu, tuna rungu plus tuna grahita, dan lain-lain.  Tentu saja hal ini akan berdampak pada perkembangan anak (perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan komunikasi, dll) yang akan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak dengan stau hambatan. Selain itu dari hasil observasi saya, saya dapat menyimpulkan bahwa, beberapa anak dengan hambatan ganda biasanya menunjukkan perilaku yang berbeda seperti Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi, jurang dalam keterampilan menolong diri sendiri, jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.

Untuk membantu anak-anak dengan hambatan khusus tersebut agar dapat mandiri atau paling tidak dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan atau ia rasakan, maka sangat di perlukan sebuah layanan pendidikan khusus yang dapat membantu memandirikan anak-anak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
A.    Tujuan Observasi
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan observasi ini adalah :
1.      Untuk mengetahui tentang  anak tunaganda
2.      Mengetahui kemampuan apa yang dimiliki anak multipel dan juga hamabatan
3.      Untuk mengetahui masalah dan penangganannya
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hambatan bagi anak multipel
2.      Bagaimana kemampuan anak multipel atau ketrampilan apa yang harus diberikan?
3.      Bagaimana penangganannya ?












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hambatan Anak Multipel
Pada tahun ajaran 1999-2000, Departemen Pendidikan  negara Amerika melaporkan bahwa mereka menyediakan pendidikan khusus dan terkait pelayanan kepada 112.993 siswa penyandang cacat ganda (Laporan Kongres Tahunan ke 23, 2001). Hal ini merupakan salah satu gambaran bahwa anak-anak dengan hambatan ganda sebenarnya juga berhak mendapatkan pendidikan dan pendidikan yang di dapat harus di imbangi dengan perhatian dari orang tua. Dan menurut  apa yang dituangkan oleh ibu Primaningrum pada artikelnya itu sangat tepat karena dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah akan sangat membantu proses pembelajaran yang dilakukan oleh si anak. Selain itu dengan melakukan diskusi dengan guru dan psikologi akan membantu orang tua tentang bagaimana cara menangani dan merawat anak dengan hambatan ganda.

Sekolah  untuk anak dengan hambatan ganda sebaiknya menyediakan  pendidikan ataupun instruksi untuk melakukan sesuatu untuk anak-anak dengan perkembangan yang signifikan, kognitif, kasar dan halus motor, akademik, bahasa, dan penundaan sosial. Program pendidikan terpadu disediakan oleh staf khusus termasuk guru pendidikan khusus, terapis fisik dan pekerjaan, speechlanguage spesialis, seorang perawat bersertifikat, paraprofesional dan subjek khusus guru (seni, musik, pendidikan jasmani, media). Program ini terdiri dari program individual, kelompok kecil dan kelas model instruksi yang diberikan oleh guru dengan bantuan dari para profesional. Siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lainnya dan guru melalui beberapa  program, pada waktu istirahat dan makan siang. Setiap Program siswa dirancang untuk mengintegrasikan penggunaan augmentatif dan teknologi saat yang tepat. Biasanya laporan kemajuan selesai empat kali setahun. Laporan ini mencerminkan kemajuan anak-anak ke arah tujuan mereka dan IEP tujuan dan ditinjau setiap tahun. Transportasi untuk siswa disediakan sebuah rumah untuk dasar sekolah akomodasi dibuat untuk kursi roda dan hambatan keamanan saat yang tepat.
B.     Ketrampilan dan Kemampuan  Anak Multipel
Keterampilan pertama yang diajarkan kepada anak-anak dengan hambatan ganda adalah mengajarkan kemandirian paling tidak dalam lingkungan terbatas. Beberapa masalah yang harus dipertimbangkan ketika membuat pilihan keterampilan adalah kesehatan mahasiswa dan keselamatan, program masa depan, tingkat kemandirian, usia kelayakan dan logistik instruksi.
Salah satu anak tuna majemuk yang menjadi perhatian adalah anak MDVI.  MDVI (Multi disabilities with visual impairment) merupakan sebutan untuk anak tuna majemuk dengan gangguan penglihatan adalah anak yang mengalami hambatan atau ketunaan (tunagrahita, tunadaksa, tuna rungu, autisme dan lain lain) yang disertai gangguan atau hambatan penglihatan (Tunanetra). Karena kombinasi efek dari  hilangnya penglihatan dan pendengaran  akan jauh lebih besar ketika  dibandingkan  dengan bila mereka hanya mengalami salah satunya. Karena hal ini akan berdampak pada pembangunan konsep diri, lingkungan dan konsep komunikasi.

            Anak dengan hambatan penglihatan ganda memiliki keterlambatan dan mempunyai tipe menyimpang. Dalam perkembangannya, keterlambatan pada anak MDVI mencakup sosial, intelektual fisik dan bahasa. Dari segi kemampuan kognitif anak MDVI memiliki tingkat kognitif yang bevariasi ini bergantung kepada kelainan yang di sandangnya, ini dikarenakan keterbatasan fungsi penglihatan anak serta keterbatasan lain menyebabkan anak MDVI mengalami kesulitan dalam mengembangkan potensi pada berbagai aspek kehidupan.
C.     Permasalahan  dan Penannganannya
Sama seperti permasalahan yang dialami anak dengan hambatan ganda lainnya, anak-anak MDVI juga mengalami hambatan di bidang fisik, intelektual, dan sosial, ataupun gabungan dari berbagai bidang tersebut membuat anak tunaganda cenderung tumbuh, berkembang, dan belajar jauh lebih lamban daripada anak yang mengalami ketunaan lain, ada juga kesulitan itu berupa keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi, hambatan perkembangan fisik dan motorik, keterbatasan dalam kemampuan bina-bantu diri, jarangnya menampilkan perilaku konstruktif dan berinteraksi dengan orang lain, dan seringnya menampilkan perilaku yang tidak sesuai di masyarakat.

Salah satu permasalahan yang sangat menarik adalah komunikasi. Setiap manusia yang hidup di muka bumiini selalu berkomunikasi. Karena dengan melalui komunikasi, hubungan dibentuk dan dipertahankan.  Setiap orang harus belajar tentang cara menafsirkan dan memberi tanggapan terhadap komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak terutama anak dengan MDVI dalam upaya membentuk sebuah ikatan yang akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Karena anak MDVI berkomunikasi dengan cara yang berbeda karena hambatan utamanya adalah hambatan penglihatan, dari hasil observasi saya anak-anak MDVI biasanya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh. Ada beberapa hal yang harus di pahami anak MDVI agar dapat berkomunikasi dengan baik, seperti penanaman konsep lingkungan, kebutuhan peribadi, kegiatan sehari-hari, dan lain-lain.

Muatan informasi yang dapat dikumpulkan anak  tidak hanya tergantung pada banyaknya  dan jenis penglihatan dan pendengaran yang mereka miliki, namun juga pada cara mereka belajar menggunakan penglihatan dan pendengaran itu.  Masing-masing anak belajar memanfaatkan informasi sensorik yang tersedia dengan caranya sendiri. Beberapa anak berinteraksi dengan dunianya  terutama dengan sentuhannya; sementara yang lain mungkin lebih bergantung pada penglihatan dan pendengarannya. Bagi kebanyakan anak, kombinasi dari kesemuanya itu akan paling bermanfaat.

Bagi anak lainnya, menggunakan  pendengaran, penglihatan, dan sentuhan  pada saat yang bersamaan terasa membingungkan dan, dalam situasi yang berbeda, mereka mungkin memilih untuk menggantungkan terutama pada satu indera.

Beberapa anak menggunakan penglihatan dan pendengarannya secara tidak konsisten. Suatu saat mereka nampak menggunakan penglihatannya dengan baik; di lain waktu mereka tidak demikian. Demikian juga halnya, seorang anak mungkin mendengar dengan baik pada suatu saat, dan di saat lain tidak. Hal ini dapat membingungkan bagi orang tua dan juga para penyedia pelayanan. Walaupun pemeriksaan audiologis dan ophthalmologis yang lengkap merupakan hal yang sangat penting, pemeriksaan itu mungkin tidak dapat memberikan cukup penjelasan  tentang bagaimana anak MDVI khususnya, yang  menggunakan sisa kemampuan melihat dan mendengarnya. Pengamatan secara cermat ini dapat di lakukan di tempat  yang akrab bagi mereka dan pada saat-saat yang berlainan.

Dari sebuah artikel yang dimuat oleh web hellen keller tentang beberapa cara mencermati isyarat-isyarat anak-anak dalam berkomunikasi berikut:
§  Nafasnya mungkin berubah ketika ia mendengar suara kakek, mengenali orang yang ia kenal dan ia cintai dalam kehidupannya.
§  Ia mungkin membuka mulutnya dengan penuh semangat ketika sendok menyentuh bibirnya, yang secara jelas menunjukkan bahwa ia menginginkan makanan lagi.
§  Ia mungkin tetap menutup mulutnya ketika sendok mendekati mulutnya, dan bila kita mencoba  melanjutkan pemberian makanan, ia mungkin melengoskan kepalanya,  bersandar ke kursinya, mengeraskan badan, atau menjadi marah.
§  Ketika  diajak bermain pat-a-cake games, ia mungkin meraih tangan kakaknya sebagai tanda bahwa ia ingin terus bermain.
§  Ketika ibu berhenti menggoyang-goyangkan sang anak di kursi goyangnya, ia mungkin menggerakkan badannya dalam goyangan ringan, yang menunjukkan bahwa ia ingin  digoyang-goyang lagi.
§  Ketika ayah diam sebentar dalam suatu permainan yang paling disukai, setelah berkata “Saya akan menyentuh hidungmu,” ia mungkin akan senang dan mengantisipasi datangnya ciuman.
§  Ia mungkin secara aktif dan penuh semangat ikut serta menyanyikan lagu yang dikenalinya dan permainan gerakan, (seperti “Row, Row, Row Your Boat,” selama lima menit;  maka anda akan merasa keikutsertaannya mungkin mengendur. Ia mungkin memiringkan kepalanya ke samping. Bila anda tetap bersikukuh dengan melanjutkan interaksi itu ia mungkin secara aktif menolak menggerakkan tangannya bersama tangan anda, mengeraskan sekujur tubuhnya, dan menoleh ke arah lain. Jelas ia telah bosan.
§  Ia mungkin merangkak ke pintu dan duduk, atau memukul pintu, sebagai tanda bahwa ia ingin keluar. Kemudian, ia bahkan mungkin mengapit tangan anda dan menggandeng anda ke arah pintu sebagai tanda permohonan untuk pergi keluar.
§  Selama ia mandi, ia mungkin mencipakkan tangannya ke air. Ketika ia  diam sejenak, ayahnya mencipakkan tangannya dekat tangan si anak, dan kemudian berdiam sejenak. Si anak akan mencipakkan air lagi. Interaksi timbal balik dengan bantuan “maju-mundur” dan “bergantian” membantu membangun “pembicaraan”  tahap awal.

Beberapa cara tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah komunikasi. Dan dalam web ini juga dijelaskan bahwa ada empat dasar pemikiran tentang pengembangan komunikasi dini, yaitu:
§  Mengembangkan suatu hubungan yang erat dan saling percaya dengan anak;
§  Menggunakan kebiasaan sehari-hari yang konsisten, dimana anak terlibat secara penuh;
§  Memberikan isyarat/ penanda kepada anak sehingga ia dapat belajar mengantisipasi  apa yang akan terjadi;
§  Memberikan kesempatan kepada anak untuk memiliki kendali atas lingkungannya.

Menciptakan rutinitas atau kebiasaan yang dapat diprediksi dengan awal dan akhir yang jelas. Kegiatan-kegiatan rutin tersebut seperti makan, berpakaian, mandi, dan bermain, dan pikirkan tentang bagaimana untuk memberikan pemahan kepada anak agar dapat  belajar untuk mengetahui apa yang akan terjadi, kapan kejadian itu berawal, dan kapan kejadian itu akan berakhir. Misalnya memberikan pemahaman tentang makan ketika lapar.

Libatkan anak anda dalam keseluruhan kegiatan. Seperti halnya di Rawinala tempat saya berobservasi untuk lebih mengenal apa itu anak multiple dissabilities dan memahami tentang MDVI. Waktu itu kelas yang saya amati sedang mempelajari kegiatan sehari-hari yaitu memasak. Pada saat itu ketika saya beranya kepada guru kelas tersebut apa tujuan dari kegiatan ini? Guru tersebut menjawab, anak akan mengetahui urutan kegiatan dan mengembangkan berbagai konsep melalui partisipasi aktifnya dalam kegiatan secara utuh.

Seorang anak MDVI harus secara fisik berpartisipasi dalam seluruh urutan dari suatu kegiatan dalam upaya mengumpulkan informasi yang sama yang dikumpulkan anak lainnya hanya dengan melihat. Misalnya, pada saat makan, guru dan muridnya pergi ke dapur bersama-sama, membuka lemari dapur, mengeluarkan mangkuk, mengeluarkan makanan, membuka laci untuk mengambil sendok dan menaruh makanan ke dalam mangkuk. Kemudian guru mengajarkan cara untuk mencuci bahan-bahan makanan, dan cara meletakkan makanan pada tempat memasak. Kemudian setelah selesai memasak guru mengajari anak untuk mencuci peralatan yang telah digunakan untuk memasak dan membawa makanan yang sudah hangat ke meja. Pada saat mulai makan, guru menyentuhkan celemek-makannya, sebelum memakaikannya ke murid, dan ketika  selesai makan, guru dapat membantu melepaskan celemek-makannya. Kemudian membawa piring atau mangkuk kotor ke tempat cuci piring  bersama-sama dan membuka kran air untuk membersihkannya. Melalui kegiatan itu, guru menawarkan berbagai tanda sederhana kepada murid (lapar,makan, minum, selesai, dan mencuci).

Dalam berkomunikasi gunakan isyarat yang sesuai. Gunakan isyarat yang sederhana, konsisten, dan terhormat yang akan dapat dipahami oleh anak. Isyarat harus secara jelas berkaitan dengan kegiatan dari perspektif anak dan disampaikan sesaat sebelum kegiatan dimulai.  Untuk memberitahu bahwa saat makan sudah tiba, seperti yang dilakukan guru kelas tempat saya berobsevasi tadi, guru menyentuhkan tangannya di salah satu alat makan, yang mengisyaratkan waktu untuk makan, keudian guru berhenti sejenak untuk melihat responnya, dan kemudian memberikan lagi beberapa alat makan lainnya. Dengan cara ini, anak akan belajar mengantisipasi kegiatan-kegiatan yang sudah terbiasa baginya.

seorang anak  penyandang MDVI perlu dilibatkan dalam suatu lingkungan dengan berbagai variasi bentuk komunikasi yang kaya.  Ini meliputi kata-kata, isyarat/tanda, bahasa tubuh, isyarat sentuhan, isyarat benda, isyarat gerakan, isyarat kontekstual, isyarat auditoris dan /atau visual. Seperti yang di contohkan oleh guru yang mengajar di sekolah Rawinala yang menggunakan bahasa-bahasa dalam bentuk yang dapat ia pahami dan bersifat konsisten. Hal tersebut sangat penting untuk membiasakan anak agar terbiasa dengan bahasa isyarat. Dan ketika guru merespon komunikasi anak, guru memberikan isyarat  yang sederhana.

Menurut guru tersebut untuk menjaga dan merawat anak MDVI kita harus peka seperti seorang ibu yang akan merespon tangisan anaknya dengan mengatakan “Oh kau lapar ya nak”, kita harus memberikan respon dengan menggunakan isyarat sehingga anak akan secara perlahan-lahan mempelajari bahwa “setiap kali aku lapar dan menangis, ibu selalu melakukan hal ini; mungkin bila aku melakukan hal yang sama, aku  tidak perlu menangis.”









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pokok pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang ada pada anak Multipel. Anak tuna majemuk adalah anak yang mengalami dua hambatan atau lebih. Salah satu anak tuna majemuk yang menjadi perhatian adalah anak MDVI.  MDVI (Multi disabilities with visual impairment) merupakan sebutan untuk anak tuna majemuk dengan gangguan penglihatan adalah anak yang mengalami hambatan atau ketunaan (tunagrahita, tunadaksa, tuna rungu, autisme dan lain lain) yang disertai gangguan atau hambatan penglihatan (Tunanetra).

Biasanya anak MDVI memiliki perilaku yang berbeda dengan anak hambatan ganda lainnya. Dari hasil observasi, dapat menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan karena anak MDVI mengalami hambatan penglihatan sehingga membuat persepsi visual tentang lingkungan menghilang, dan menurut saya hal ini berakibat kurangnya rasa percaya terhadap suasana dan orang yang belum di kenal dan cenderung merasa takut berbicara tentang rasa takut saya mengambil kesimpulan ini karena dari beberapa anak MDVI yang saya temui selalu merasa takut dengan menunjukkan gerakan-gerakan aneh bahkan berteriak histeris, yang menurut gurunya itu merupakan tanda bahwa ia sedang ketakutan. Masalah prilaku yang kerap terjadi pada anak MDVI diantaranya adalah self simulation, self injury, tantrum, dan agresif terhadap orang lain.

     Self simulation adalah suatu perilaku yang berulang kali dilakukan seperti tidak menunjukkan tujuan lain selain menstimulasi kemampuan sensori diri sendiri, seperti memutar mutar suatu benda, mengibas ngibaskan tangan, menjambak rambut sendiri, menggigit bibir,dan lain lain.
     Self injury adalah tingkah laku yang melukai atau tingkah laku yang menyebbkan cedera pada diri sendiri. Seperti menggigit, mecolok mata, mencakar dan lainnya, kadang self injury merupakan kegiatan self simulation yang terlalu intens. Hal ini kan menjadi masalah apabila dapat melukai diri sendiri dan juga apabila sering dilakukan akan menggangu proses pembelajaran. Menurut saya cara yang tepat untuk menghindari perbuatan ini adalah dengan mengalihkan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain atau dengan menggunakan benda lain untuk mengurangi kegiatan melukai diri sendiri misalnya jika anak suka mencakar, gunakan saja sarung tangan agar tidak terasa sakit.

     Tantrums adalah perpaduan dari berbagai tingkah laku, bisa saja ia melkukan dan self–injury, berteriak, menangis, bersikap brutal, dan agresif sekaligus, biasanya hal ini terjadi ketika anak menolak melakukan sesuatu, namun terkadang penyebabnya dapat timbul tanpa diduga sebelumnya atau tanpa sebab yang jelas. Seperti yang sudah di jelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa sebaiknya orang tua atau guru bisa lebih peka dan mengetahui apa yang anak inginkan. Sehingga ketika anak sedang tantrun, atau menangis dsb orang tua bisa tahu apa yang sebenarnya anak inginkan, dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

     Agresif penyebabnya bisa jadi tidak dapat diketahui atau muncul tanpa sebab yang jelas, namun bisa jug muncul karena sebab-sebab tertentu yang hanya diketahui oleh orang yang sudah cukup mengenal anak tersebut. Agresif berbeda dengan tantrum karena anak dengan sifat agresif tidak memunculkan sifat sifat yang lainnya seperti yang ada pada anak tantrum.

     Sebagaimana telah di ketahui, banyak keterangan dapat diperoleh dari tingkah laku seseorang. Dari hasil pengamatan itu sering dapat membantu guru maupun orang tua dalam merawat anak MDVI.

Demikian pula baik guru maupun orang tua sangat memerlukan “tanda” atau “petunjuk” dari tingkah laku anak MDVI. Suatu tingkah laku tidak sesuai dalam suatu pola sosial yang tidak diterima dapat menandakan suatu kecemasan. Sangat penting bagi kita untuk mengerti mengapa anak melakukan tindakan tersebut. Dengan mengetahui alasannya dapat mencari solusi untuk menanganinya.  Biasanya dengan memberika apa yang ia inginkan maka akan meredakan perilaku-perilaku yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
B.     Saran
Berfikir tentang apa yang akan Anda pikirkan buatlah diri Anda menjadi kuat dalam setiap yang akan Anda kerjakan.”



SUMBER
Hellen Keller National Center Perkins School for the Blind Teaching Research yang didalamnya sudah mencakup banyak sumber dalam pembahasannya.
Buku Psikologi  Perawatan yang di karang oleh Prof. Dr. Singgih D Gunarsa dan Dra.My.Y. Singgih D. Gunarsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar