Suatu
sekolah yang menggunakan sistem pengajaran yang diktorat adalah sistem yang
harus diubah dalam masa sekarang sebagai bentuk untuk menerima perkembangan
zaman. Disuatu pagi yang cerah disekitar
sudut kota jakarta. Dengan guru yang terlalu kolot bernama pak Randi ia serang
guru dari SMA karang 1 Jakarta.
Pada
saat jam pelajaran dimulai ada seorang murid yang bernama Henri. Ia terlihat
merenung. Kapurpun terlempar ke mukanya. Tersentak Henri kaget.
“Ada
apa pak......”.
“Henri
jangan ngelamun.....”.
“Apa
yang bapak tadi bilang....”.
Henri
menjawab semua dengar jawaban tersendiri. Sang guru malah kebingungan.” Bukan
itu tadi bapak bilang.....!”. Semua murid tertawa. Pak Guru yang merasa jengkel dengan Henri.
Selesai pelajaran ia disuruh menghadap. Henri yang sudah duduk dibangku kelas 2
SMA menerima panggilan. Ia mendapatkan surat teguran. Untuk diberikan kepada
orang tuanya.
Henri
menerimanya. Hari yang sudah menjelang siang dengan terik matahari yang terasa
menyengat kulit. Bel tanda waktu pulang sekolah telah berbunyi. Henri yang
mendapat surat teguran dari Guru. Dengan santainya ia menuju ke rumah.
Sampai
dirumah ia menyerah surat teguran kepada orang tuanya. Orang tuanya memaklumi. Henri kemudian masuk
kamar, ia tak pernah lepas dari buku sedikitpun. Semua buku – buku yang
menyenangkan ia baca mulai dari Fisika, Matematika, Kimia bahkan Teknologi ia
serap dengan lancar.
Pagi
yang sejuk dan udara pagi yang sangat memberi inspirasi hidup. Angin yang
berhembus sepoi – sepoi seakan menambah keingintahuan Henri. Maka pada saat jam
pertama adalah pelajaran Pak Randi guru yang kolot dalam mengajar.
Pagi
itu Henri segera mohon pamit pada kedua orang tuanya untuk berangkat ke
sekolah. Dalam perjalanan ia bertemu
dengan kawannya Hari yang sama – sama sekelas dengannya.
“Hai
Hen hari ini pelajaran pertama adalah Pak randi, biasa kamu bolos.....”.
“Iya
Har, sebenarnya aku tidak menyukai cara mengajar para Pak Randi di SMA......”.
“Tapi aku tadi ada kesulitan dalam mengulas mata pelajaran Fisika.....”. “ Oh
begitu......”.
Tak
lama mereka tiba di sekolahannya. Bel tanda masuk sudah berbunyi. Inilah saat
yang ditunggu Henri. Pelajaran pertama pak Randi guru fisika.
“Selamat
pagi anak – anak ....!”. “Pagi pak.....”.
“Ada
pertanyaan......!”. “Ada pak ....!”.
“Oh
iya silakan Henri.....”.
“Apakah
bunyi hukum yang berikan oleh Newton dapat dibuktikan dengan kehidupan sehari –
hari , pak.....?”.
“Oh
hukum Newton dalam kehidupan sehari sudah banyak buktinya dengan adanya
pesawat, mobil, katrol dan peralatan yang lainnya. .....”.
“Gimana
Henri masih ada yang ditanyakan lagi....?”.
“Ya
pak terima kasih...”
Jawaban
yang diberikan Pak Randi sudah membuat hati Henri senang. Dan ia masih terus
berfikir untuk mengembang.
“Gimana
ada yang mau ditanyakan lagi....?”.
Semua
murid terdiam. Maka pelajaran segera memasuki materi. Tiba – tiba yang
mengangkat tangan.
“Pak
saya mau tanya lagi.....!”.
“Oh
Henri silakan ......”. Pak dalam gravitasi itu terjadi akibat daya tarik bumi,
pertanyaan saya bagaimana bumi bisa mempunyai gaya tarik...?”.
Pak
Randi mulai berfikir. Karena ia belum tahu maka ia segera mengalih perhatian.
“Anak
– anak karena waktu untuk melanjutkan materi hampir mau habis maka untuk
pertanyaan Henri ini buat pr saja.....”.
Henri
merasa tidak puas karena pertanyaan belum dijawab. Ia terus berfikir untuk
mencari jawaban sendiri. Samabil kelitan termenung.
Pak
Randi segera melanjutkan materi pelajaran. Hari ini yang akan dipelajari
tentang Momentum dan Impuls. Pak Randi segera memberikan penjelasan. Dengan
detail ia memberikan penjelasan mulai dari pengertian dan hubungan. Setelah
lama berbicara.
“Anak
– anak apa ada pertanyaan tentang penjelasan bapak.....?”.
Semua
murid terdiam. Pak Randi kemudian mengarahkan penglihatannya kepada Henri.
Ditataplah Henri dengan mata yang tajam bagai mau menerkam mangsanya.
“Henri
apa ada pertanyaannya....?”. “Oh ya pak ada apa .....”. “Oh kamu ngelamun ya
Henri .....”.
“Tidak
pak saya sedang merenung ......”. Semua
murid tertawa.
“Diam
anak – anak...!”. “Henri ada apa pertanyaan dari penjelasan bapak diidepan
tentang momentum dan impuls....?”. “Oh itupak ...”. “Berfikir Henri, ada
pak....!”.
“Silakan
kalau bisa akan bapak jawab hari ini juga....”.
“Dalam
sebuah momentum itu dapat dijabarkan secara tematis tapi kenapa harus dengan
impuls bukan dengan arus / tegangan....?”.” Berfikir lagi sang Guru. Maaf Henri
untuk hari ini bapak belum bisa jawab maka untuk pr dirumah....”.
Merasa
belum puas dengan sikap guru yang sangat kolot dan mengaku terlalu pintar.
Membuat ia harus memecahkan sendiri permasalahannya.
Pelajaran
Fisika pun berakhir. Henri yang masih belum puas dengan jawaban sang guru mulai
berfikir. Tiba – tiba pelajaran yang kedua sudah mulai. Henri nmasih termenung
di bangku temapt duduknya. Sambil berfikir
“Ah
pendidikan itu sangat membosankan....”. Lebih baik belajar sendiri ilmu yang
didapat sudah pasti melengkat selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar