INDENTIFIKASI ADHD - Sastra Education

Breaking

Jumat, 21 Oktober 2016

INDENTIFIKASI ADHD




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia pendidikan yang semakain marak pratek pendidikan anak – anak usia dini. Diharapkan akan mendapat sistem pendidikan terbaik bagi anak. Tapi jika dilihat secara nyata konteks pendidikan bukan pada anak mengerti akan dirinya malah menekan anak agar bisa. Padahal jika ditelusri lebih jauh pendidikan bukan untuk mendidik anak bisa tapi mengerti akan diri sendiri. Sehingga dapat membentuk kepribadian anak .
Apalagi jika dikaitkan pada anak yang mengalami kebutuhan khusus respon yang tidak benarpun sering terjadi pada dunia pendidikan. Anak – anak kebutuhan khusus juga merupakan anak aset negara dalam membangun tanah air. Jika dilihat perkembangan anak kebutuhan khusus itu akibat pola manusia yang selalu menahan apa yanag ada pada diri sendiri. Maka sebenarnay anak kebutuhan khusus merupakan otak daalm berfikir strategis dalam mengembangkan arah pembangun masyarakat Indonesia.

Salah anak yang sering dijumapai anak Hiperaktif. Anak-anak yang menerima diagnosa gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD) diakui dalam dua dimensi dan kategori pengelompokan gangguan perilaku. Hanya  beberapa gangguan dari remaja yang telah dikelompokkan sebagai kepentingan umum dan telah begitu dikenal sebagai ADHD. Sebagian besar masyarakat umum setidaknya memiliki pengetahuan tentang gangguan ini, yang secara luas disebut sebagai “hiperaktif” atau “gangguan deficit perhatian,” istilah yang mencerminkan perubahan konsep gangguan. Kontroversi tentang ADHD telah difokuskan pada kedua sifat dan pengobatan farmakologis yang diperkenalkan secara luas pada akhir tahun 1960.
Penekanan lebih kepada aktivitas yang atau kegelisahan motorik pada anak-anak dan istilah hyperkinesis, sindrom hyperkinetic, dan sindrom anak hiperaktif telah diterapkan. Dan saat ini, hiperaktif berada ditingkat bawah, dan defisit perhatian berada ditingkat pusat . Pergeseran ini tercermin dalam DSM-III (1980), yang menyatakan bahwa suatu gangguan deficit perhatian (ADD) baik dengan aktivitas yang berlebihan atau tanpa aktivitas yang berlebihan. Dalam DSM-III-R (1987), gangguan itu diberi nama Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Anak-anak yang teridentifikasi gangguan ini berdasarkan pada 8 dari 14 perilaku, yang dapat berbeda seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
Satu tema awal gangguan ini diberikan oleh dokter dari Inggris, George Still, yang menggambarkan sekelompok anak laki-laki dengan kekurang sempurnaan “di kontrol moral” sebagai impulsifitas, terlalu aktif, kurang sadar hukum, dan agresif.
Pada tahun 1917-1918 sebuah gambaran klinis yang sebanding juga telah dicatat pada anak yang menderita cedera kepala, trauma lahir, eksposur terhadap infeksi dan racun. Pada tahun 1950-an penekanannya lebih kepada memberi aktivitas yang berlibih atau kegelisahan motorik pada anak-anak dan hyperkinesis, sindrom hyperkinetic, dan sindrom anak hiperaktif adalah berbagai terapannya.
Dan saai ini, hiperaktif merupakan hal yang penting untuk diturunkan, dan deficit perhatian berada di tingkat pusat. Pergeseran ini tercermin dalam DSM-III (1980), yang mengakui bahwa gangguan perhatian defisit (ADD), baik dengan aktivitas aktivitas yang berlebihan atau tanpa aktivitas yang berlebih. Dalm DSM-III (1987), gangguan ini diberi nama Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
B.     TUJUAN
Dalam upaya pengembangan pendidikan yang merata bagi masyarakat Indonesia. Maka dalam memberikan pendidikan tidak harus pilih kasih. Pendidikana adalah acuan pembentuk manusia mengenai jati diri sendiri. Untuk itu tujuan dari indentifisikasi anak berkebutuhan khusus terutama ADHD adalah sebagai berikut :
Ø  Mengetahui anak yang mengalami ADHD
Ø  Pegalihantangan (referal )
Ø  Klarifikasi
Ø  Perencanaan pembelajaran
Ø  Pemantauan kemampuan belajar

C.     RUMUSAN MASALAH
Pokok dalam memberikan apa yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang semakin aneh terjadi dalam masyarakat maka dengan cara mengindetuifikasi anak ADHD pelayanan anak akan semakin baik.
A.    Apa arti Indentifikasi ?
B.     Bagaimana indentifikasi ADHD melalui gejalanya ?
C.     Mengapa anak Mengalami ADHD ?
D.     Dimana Gangguan ADHD ?
E.     Bagaiamana cara pengembangan kursus dan prognosis ?








BAB II
Isi
A.    Pengertian Indentifikasi
Identifikasi ABK adalah usaha seseorang untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak yang terkait dengannya.
Identifikasi anak berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Selanjutnya , program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa penanganan medis, terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan mengembangkan potensi mereka.
B.     Indentifikasi ADHD
ADHD didiagnosis sebagai gangguan perilaku pada masa kanak-kanak. ADHD mempengaruhi sekitar 3 – 5% anak usia sekolah. ADHD didiagnosis lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. ADHD dapat terjadi dalam keluarga, tetapi tidak jelas apa penyebabnya. Apapun penyebabnya mungkin, tampaknya akan diatur dalam gerak awal kehidupan sebagai otak berkembang. Pencitraan menunjukkan bahwa otak anak-anak dengan ADHD berbeda dengan anak-anak lain. Depresi, kurang tidur, ketidakmampuan belajar, gangguan tic, dan masalah perilaku mungkin bingung dengan, atau muncul dengan, ADHD. Cara Mengidentifikasi ADHD pad setiap anak haruslah hati-hati dan diperiksa oleh dokter untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi atau alasan untuk perilaku yang lain. Sebagian besar anak dengan ADHD juga memiliki setidaknya satu masalah perkembangan atau perilaku lainnya. Mereka juga mungkin memiliki masalah kejiwaan, seperti depresi atau gangguan bipolar
C.     Indentifikasi ADHD melalui gejala - gejalanya
Hasil temuan ini menjadi dasar dari konsep ini, yang pertama kali disajikan dalam DSM-IV (1994) dan diberi label defisit perhatian / gangguan hiperaktivitas. Dua faktor dari kurangnya perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas tersusun dalam tiga subtipe:
  1. Tipe yang didominasi kurangnya perhatian (ADHD-I).
  2. Tipe yang didominasi hiperaktifitas-impulsifitas (ADHD-III)
  3. Tipe gabungan (ADHD-C).
Diagnosis ADHD menuntut adanya beberapa gejala sebelum usia 7 dan menunjukkan gejala tersebut selama 6 bulan, karena semua kriteria perilaku diamati pada tingkat tertentu seperti pada anak-anak normal yang mungkin berbeda dengan tingkat perkembangan, diagnosis hanya diberikan bila gejala yang diamati bertentangan dengan tingkat perkembangan.
1.      Gejala dari kurangnya perhatian atau deficit perhatian
  • kesulitan dalam menunjukkan hal yang detail atau membuat kesalahan di sekolah atau kegiatan lainnya
  • Tidak mengikuti petunjuk yang diberikan
  • Mengalami kesulitan mengatur tugas dan kegiatan
  • Menghindari dan tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang berkelanjutan
  • Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas atau kegiatan
  • Terganggu oleh rangsangan yang asing
  • Pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
2.      Gejala dari hiperaktif-impulsif
  • Hiperaktif
  1. Gelisah dengan tangan atau kaki menggeliat.
  2. Berjalan sekitar atau memanjat yang tidak tepat (pada remaja,
    atau orang dewasa, mungkin hanya karena perasaan gelisah)
  3. Mengalami kesulitan bermain dengan tenang atau dalam kegiatan-kegiatan yang tenang
  4. Saat berjalan seolah-olah seperti digerakkan oleh motor
  5. Berbicara tanpa henti
  • Impulsif
  1. Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai dibacakan
  2. Mengalami kesulitan menunggu giliran
  3. Mengganggu atau terasa menganggu orang lain
·         Faktor Utama.
Kurangnya Perhatian
Orang dewasa yang melakukan kontak dengan anak-anak yang menderita  ADHD melaporkan berbagai tanda-tanda kekurangan perhatian yaitu:
  • Anak-anak tidak melakukan tugas secara tetap, tapi berpindah dengan cepat dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya,
  • Tidak menghadirkan apa yang dikatakan kepada mereka, mudah terganggu, melamun, atau kehilangan sesuatu.
Salah satu aspek yang membingungkan dari laporan orang dewasa adalah bahwa anak-anak kadang-kadang tidak bisa fokus dan berkonsentrasi tetapi pada waktu lain dapat duduk berjam-jam menggambar atau bangunan dengan blok. Perhatian ditunjukkan biasanya ketika anak tertarik atau termotivasi, tetapi bermasalah ketika tugas itu membosankan, rutin, atau berulang-ulang. Anak-anak dan remaja dengan ADHD kurang memperhatikan pekerjaan mereka dibanding anak-anak dengan ketidakmampuan belajar atau kontrol normal (Barkley, 1998).
Perhatian adalah kemampuan kompleks yang telah dikonseptualisasikan dengan cara yang berbeda dan dihubungkan dengan berbagai psikopatologi dan struktur otak atau sistem (Anderson et al., 2001). Banyak kemampuan perhatian yang diakui, seperti kemampuan untuk fokus pada rangsangan terpilih, mempertahankan fokus, menangani secara simultan dengan lebih dari satu stimulus, dan bergeser secara efisian dari satu stimulus ke yang lain.
Salah satu daerah yang diperiksa tentang ADHD adalah perhatian selektif. Hal ini mengacu pada kemampuan untuk fokus pada rangsangan lingkungan yang relevan dan untuk tidak akan terganggu oleh rangsangan yang tidak relevan.  Kesalahan dapat dibuat dengan tidak bereaksi dengan target (yang menunjukkan kekurangan perhatian atau kurangnya kewaspadaan) dan bereaksi terhadap rangsangan nontarget (yang mungkin menunjukkan inhibisi impulsivitas atau gagal). Anak-anak dengan ADHD sering membuat kesalahan dan lebih lambat dalam menanggapi dibanding anak normal dan anak dengan diagnosa lainnya (Epstein et al., 2003; Losier, McGrath, & Klein, 1996; Taylor, 1995).
·         Hiperaktifitas dan impulsifitas
Hiperaktifitas
Anak-anak dengan ADHD digambarkan seakan selalu berjalan, gelisah, dan tidak mampu duduk diam.  Mereka sering mengalami kecelakaan kecil, seperti menumpahkan minuman dan menjatuhkan benda, dan juga kecelakaan serius hingga membuat tubuhnya cedera. Remaja dengan aktivitas yang berlebih memiliki kesulitan dalam mengatur tindakan mereka agar sesuai dengan permintaan.
Pada satu penelitian, suatu alat digunakan untuk memonitor aktivitas motorik selama pagi dan sore (Dane Schachar, & Tannock, 2000). Perbedaan di antara anak-anak non-ADHD dan ADHD hanya pada sore hari, ketika sore anak-anak non-ADHD menjadi kurang aktif dan ADHD anak-anak menjadi lebih aktif.
Impulsifitas
Esensi impulsivitas adalah kecenderungan pada perilaku yang tidak biasa, menahan diri, atau mengontrol perilaku, yang muncul sebagai “bertindak tanpa berfikir”. Anak mungkin mengganggu orang lain, memotong pembicaraan  orang lain, atau melakukan perilaku berbahaya. Kegiatan yang memerlukan kesabaran menahan diri tidak dilakukan dengan baik. Impulsivitas sering membuat orang lain untuk menilai anak ceroboh, tidak bertanggung jawab, kurang dewasa, malas atau kasar (Barkley, 1998).
D.    Faktor ADHD
·         Faktor Utama
·         Kurangnya Perhatian
Orang dewasa yang melakukan kontak dengan anak-anak yang menderita  ADHD melaporkan berbagai tanda-tanda kekurangan perhatian yaitu:
  • Anak-anak tidak melakukan tugas secara tetap, tapi berpindah dengan cepat dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya,
  • Tidak menghadirkan apa yang dikatakan kepada mereka, mudah terganggu, melamun, atau kehilangan sesuatu.
Salah satu aspek yang membingungkan dari laporan orang dewasa adalah bahwa anak-anak kadang-kadang tidak bisa fokus dan berkonsentrasi tetapi pada waktu lain dapat duduk berjam-jam menggambar atau bangunan dengan blok. Perhatian ditunjukkan biasanya ketika anak tertarik atau termotivasi, tetapi bermasalah ketika tugas itu membosankan, rutin, atau berulang-ulang. Anak-anak dan remaja dengan ADHD kurang memperhatikan pekerjaan mereka dibanding anak-anak dengan ketidakmampuan belajar atau kontrol normal (Barkley, 1998).
Perhatian adalah kemampuan kompleks yang telah dikonseptualisasikan dengan cara yang berbeda dan dihubungkan dengan berbagai psikopatologi dan struktur otak atau sistem (Anderson et al., 2001). Banyak kemampuan perhatian yang diakui, seperti kemampuan untuk fokus pada rangsangan terpilih, mempertahankan fokus, menangani secara simultan dengan lebih dari satu stimulus, dan bergeser secara efisian dari satu stimulus ke yang lain.
Salah satu daerah yang diperiksa tentang ADHD adalah perhatian selektif. Hal ini mengacu pada kemampuan untuk fokus pada rangsangan lingkungan yang relevan dan untuk tidak akan terganggu oleh rangsangan yang tidak relevan.  Kesalahan dapat dibuat dengan tidak bereaksi dengan target (yang menunjukkan kekurangan perhatian atau kurangnya kewaspadaan) dan bereaksi terhadap rangsangan nontarget (yang mungkin menunjukkan inhibisi impulsivitas atau gagal). Anak-anak dengan ADHD sering membuat kesalahan dan lebih lambat dalam menanggapi dibanding anak normal dan anak dengan diagnosa lainnya (Epstein et al., 2003; Losier, McGrath, & Klein, 1996; Taylor, 1995).
·         Hiperaktifitas dan impulsifitas
Hiperaktifitas
Anak-anak dengan ADHD digambarkan seakan selalu berjalan, gelisah, dan tidak mampu duduk diam.  Mereka sering mengalami kecelakaan kecil, seperti menumpahkan minuman dan menjatuhkan benda, dan juga kecelakaan serius hingga membuat tubuhnya cedera. Remaja dengan aktivitas yang berlebih memiliki kesulitan dalam mengatur tindakan mereka agar sesuai dengan permintaan.
Pada satu penelitian, suatu alat digunakan untuk memonitor aktivitas motorik selama pagi dan sore (Dane Schachar, & Tannock, 2000). Perbedaan di antara anak-anak non-ADHD dan ADHD hanya pada sore hari, ketika sore anak-anak non-ADHD menjadi kurang aktif dan ADHD anak-anak menjadi lebih aktif.
Impulsifitas
Esensi impulsivitas adalah kecenderungan pada perilaku yang tidak biasa, menahan diri, atau mengontrol perilaku, yang muncul sebagai “bertindak tanpa berfikir”. Anak mungkin mengganggu orang lain, memotong pembicaraan  orang lain, atau melakukan perilaku berbahaya. Kegiatan yang memerlukan kesabaran menahan diri tidak dilakukan dengan baik. Impulsivitas sering membuat orang lain untuk menilai anak ceroboh, tidak bertanggung jawab, kurang dewasa, malas atau kasar (Barkley, 1998).
·         Faktor  Sekunder
·         Masalah Motorik
Berbagai tes menunjukkan kurangnya koordinasi motorik halus, perkiraan waktu motorik, dan pelaksanaan urutan perilaku motorik kompleks. Anak-anak dengan ADHD terutama terpengaruh ketika mendapatkan tugas-tugas kompleks dan melibatkan gerakan berurutan, yang berimplikasi pada proses kontrol yang tinggi seperti organisasi dan pengaturan perilaku (Kalff et al., 2003).
·         Kecerdasan, ketidakmampuan belajar, defisit akademik
Anak-anak dengan ADHD menunjukkan kecerdasan sedikit lebih rendah pada tes kecerdasan dari kelompok kontrol normal, tapi mereka menampilkan berbagai kecerdasan umum yang di atas rata-rata.  Berasosiasi dengan ketidakmampuan belajar didirikan. Terjadi gangguan dalam membaca, matematika, dan area akademis lain yang paling tidak dalam beberapa kasus karena kurangnya kecerdasan.
Kegagalan akademik adalah hal yang mencolok pada remaja dengan ADHD. Kegagalan ditunjukkan oleh skor tes prestasi, nilai sekolah, yang diadakan di kelas, dan penempatan di kelas pendidikan khusus.
Anak-anak dengan ADHD menunjukkan pada tugas-tugas eksperimental dan neuropsikologi. Fungsi eksekutif mengacu pada kebutuhan proses kognitif  untuk keberhasilan perilaku yang diarahkan. Fungsi eksekutif terlibat dalam perencanaan dan pengorganisasian tindakan dan pengaturan diri. Di antara proses-proses lain, mereka termasuk memori kerja, pengaturan diri secara verbal, pemantauan diri, hambatan perilaku, pengaturan emosi, dan kontrol motor.
E.     Gangguan ADHD

·         Gangguan eksektif secara fungsi
·         Gangguan Fungsi Adaptif
Sehubungan dengan tingkat kecerdasan umum, anak-anak dengan ADHD telah terbukti memiliki kekurangan, termasuk komunikasi dan keterampilan sosial. Banyak anak-anak terlibat dalam perilaku yang lebih dewasa dari apa yang tampak. Kegagalan untuk memperoleh berbagai jenis keterampilan dapat menggaris bawahi kekurangan adaptif, tapi kegagalan untuk melakukan keterampilan belajar mungkin akan penting (Barkley .. et al 2002).
·         Perilaku Dan Hubungan Sosial
Perilaku mereka sering mengganggu, keras, tidak patuh dan tidak menyenangkan. Dalam beberapa kasus, tindakan menjengkelkan mungkin tampak tidak sengaja atau bahkan mencerminkan keinginan untuk membantu. Meskipun demikian, beberapa anak sangat agresif.
Berbagai penjelasan telah ditawarkan untuk perilaku-perilaku sosial. Mereka kadang-kadang mungkin memiliki tujuan sosial yang dapat diharapkan untuk menciptakan masalah. Anak-anak dengan ADHD-C memiliki bias positif tentang kompetensi sosial, perilaku perilaku, dan kompetensi akademik (Gerdes, Hoza, & Pelham, 2003; Hoza et al., 2004).
Anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan membuat dan menjaga teman-teman, mereka sering tidak disukai dan ditolak oleh rekan-rekan. Sedangkan reaksi-reaksi negatif berlaku lebih kuat untuk anak-anak yang impulsif dan hiperaktif, mereka yang masalah perhatian hanya cenderung diabaikan (Hinshaw, 1998). Reaksi Guru untuk ADHD juga bermasalah. Sebagai contoh, dalam sebuah studi, guru anak-anak muda yang terkait semua jenis ADHD dengan kerjasama kurang dan perilaku positif lainnya, dan hiperaktivitas-impulsivitas dengan perilaku mengganggu dan kurang mengendalikan diri (Lahey et al., 1998).
·         Tidur Dan Risiko Kecelakaan
Masalah tidur pada anak dengan ADHD lebih tinggi dari pada anak-anak nonclinic tetapi tidak lebih tinggi daripada di beberapa populasi klinik (Corkum et al., 1999). Masalah termasuk jatuh tertidur, kesulitan bangun, dan gerakan spontan selama tidur (misalnya, gigi grinding). Anak-anak dengan ADHD mengalami cedera karena disengaja.
Secara umum, kekurangan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas dapat memainkan peran langsung atau tidak langsung dalam menempatkan pemuda pada risiko cedera dan kecelakaan.
·         Subtipe DSM
Kelompok gejala cenderung menurut tipe, dan karakteristik lain yang juga membedakan tiga subtipe. Meskipun demikian, subtipe belum sama dipelajari dan pertanyaan penting adalah mengangkat tentang mereka. Ketertarikan tipe kurangnya perhatian (ADHD-I) telah ada selama bertahun-tahun. DSM pernah mengakui kategori attention defisit tanpa hiperaktivitas. Sebaliknya, penelitian pada ADHD-HI relatif sedikit. Ini adalah subtipe kombinasi (ADHD-C) yang paling sering dijelaskan secara klinis dan diselidiki. Deskripsi kasus berikut diilustrasikan ADHD-C, dipamerkan pada anak hampir 7 tahun. Adanya kekurangan perhatian, hiperaktif, dan impulsif yang jelas.
·         ADHD dan Co-Terjadi Gangguan
Kenyataan tentang ADHD, terutama ADHD-C adalah derajat untuk yang berdampingan dengan penyakit lain. Seperti biasanya terjadi, tingkat co-kejadian sangat bervariasi tergantung pada sampel, ukuran, kelainan spesifik, dan sejenisnya.
·         Gangguan Belajar
ADHD, dan terutama kekurangan perhatian, kemudian negatif mempengaruhi kemampuan membaca (McGee et al., 2002). Masalah membaca dini dapat menyebabkan kesulitan memperhatikan.
ADHD menyebabkan defisit kognitif (kekurangan perhatian dan masalah memori) dan dari situ untuk pencapaian prestasi kurang. Di sisi lain, ADHD dan masalah yang terkait melakukan menyebabkan kinerja kelas menurun dan menurunnya pencapaian prestasi. Dengan demikian, baik defisit kognitif dan kesalahan perilaku muncul untuk memediasi hubungan antara ADHD dan prestasi akademik.
1)      Gangguan Eksternal
Anak-anak dengan ADHD sering dilaporkan sebagai tidak patuh, oposisi, mengganggu, dan argumentatif-perilaku yang masuk dalam kategori DSM dari gangguan oposisi pemberontak (ODD). Mengingat diagnosis baik jenis CD, anak-anak lebih dari sepuluh kali lebih mungkin diagnosis kedua daripada jika mereka tidak memiliki diagnosis (Barkley, 2003).
Kesamaan ADHD, ODD, dan CD berada di tengah dipertimbangkan bersama dalam DSM sebagai Defisit dan gangguan perilaku. ADHD umumnya lebih kuat terkait dengan gangguan kognitif dan abnormalitas neurodevelopmental. Masalah perilaku lebih terkait dengan faktor keluarga yang merugikan dan kerugian psvchosocial (Waschbusch, 2002).
Beberapa perbedaan antara ADHD dan komorbid ADHD menyebabkan saran bahwa kondisi mungkin komorbid subkategori valid ADHD (Jensen, et al., 1997). Pada saat yang sama, efek dari himpunan ganda masalah muncul hanya untuk menambah-daripada untuk bertindak lebih kompleks-menemukan cara-cara yang berpendapat untuk tampilan sederhana dari co-occurence (Waschbusch. 2002). Yang jelas adalah bahwa mengetahui apakah seorang anak dengan ADHD juga memiliki masalah melakukan memberitahu kita banyak tentang anak.
Beberapa perbedaan antara ADHD dan komorbid ADHD menyebabkan saran bahwa kondisi komorbid mungkin subkategori yang valid dari ADHD (Jensen, et al., 1997).
2)      Gangguan Internal
Diperkirakan bahwa mungkin 25-30 persen dari pemuda dengan ADHD, baik di klinik atau di sampel masyarakat, memiliki gangguan kecemasan (Barkley, 2003; Jensen et al., 1997; Manassis, Tannock, & Barbosa, 2000). Anak-anak ini dilaporkan kurang hiperaktif dan impulsif daripada biasanya ditemukan di ADHD, dan mereka dapat menampilkan masalah lebih sedikit.
Tumpang tindih antara ADHD dan gangguan bipolar bisa berkisar dari 10 sampai 20 persen (Barkley. 2003). Dilaporkan. diagnosis gangguan bipolar anak secara substansial meningkatkan risiko bagi ADHD bukan sebaliknya. Selain itu, di hadapan kedua kondisi gangguan bipolar memiliki onset lebih awal daripada saat muncul sendirian.
·         Epidemiologi
Beberapa studi menunjukkan bahwa ADHD-I adalah yang paling tidak lazim (Gomez et al., 1999; Nolar, Gadow, & Sprafkin, 2001). Dalam studi klinik. ADHD-C adalah yang paling umum, menyarankan bahwa pemuda dengan kombinasi gejala dipandang memiliki penurunan lebih besar atau perilaku mengganggu. ADHD-Hl, yang tampaknya relatif jarang, dapat muncul lebih awal dari ADHD-C dan setidaknya dalam beberapa kasus berkembang menjadi ADHD
·         Gender
Rasio jenis kelamin lebih tinggi pada sampel klinik dari pada sampel masyarakat, yang melaporkan rata-rata rasio yang terkena ADHD sekitar tiga anak laki-laki untuk seorang gadis (Barkley, 2003). Perbedaan jenis kelamin mungkin akan berpengaruh pada kriteria diagnostik yang bias terhadap manifestasi dari gangguan pada pria. Mungkin relevan juga, adalah menemukan bahwa ketika anak laki-laki, tetapi tidak gadis, menunjukkan oposisi perilaku menantang para guru dapat diidentifikasi sebagai gejala ADHD yang ditunjukkan anak laki-laki (Jackson & King, 2004).  Perbedaan gender dalam prevalensi mungkin membantu menghasilkan pengabaian gadis dengan ADHD.
·         Kelas Sosial Dan Budaya
Gejala-gejala ADHD yang diamati di banyak negara, yang melaporkan rasio jenis kelamin yang sama dan asosiasi ADHD berkaitan dengan belajar dan masalah perilaku (Whalen & lanjutnya, 1998). Harapan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi penafsiran perilaku anak laki-laki.
F.      Pengembangan Kursus dan Prognosis
·         Masa bayi dan tahun-tahun prasekolah
Beberapa kasus ADHD dimulai pada bayi, tetapi kemungkinan ini tidak mudah. Perilaku dari gejala ADHD umumnya dilaporkan dalam prasekolah tetapi sering berkurang dengan waktu (Campbell, 1990; 1995). Untuk beberapa anak-anak gejalanya menetap dan dapat memenuhi kriteria untuk diagnosis. Anak-anak muda dapat memperlihatkan keterampilan sosial dan keterampilan praakademik defisit, dan orang tua mereka melaporkan khususnya tingkat stres yang tinggi (DuPaul et al., 2001).
·         Masa Kanak-Kanak
Munculnya sekolah cenderung untuk meningkatkan tuntutan untuk memperhatikan, mematuhi peraturan, bergaul dengan orang lain, dan sebaliknya (Campbell, 2000). Kebanyakan kasus ADHD yang didiagnosis selama tahun-tahun sekolah dasar, ADHD-I diidentifikasi agak lambat dibandingkan dengan subtipe lainnya. Pengaturan diri yang bermasalah, hubungan sosial yang kurang memuaskan, penolakan teman dan prestasi akademik menurun, masalah perilaku dan gejala internalisasi yang terlihat jelas pada beberapa anak.
·         Remaja dan dewasa
Dalam masa remaja, gejala inti ADHD terut ma perilaku hiperaktif-impulsif – dapat menurunkan dalam sejumlah besar kasus, dan diagnosis ADHD mungkin tidak lagi berlaku. Namun, gangguan yang sering terjadi, dengan perkiraan luas mulai dari mungkin 40-80 persen dari pemuda yang terkena dampak (Barkley, 2003; Hansen, Weiss, & Terakhir, 1999; Willoughby, 2003).
Studi yang diikuti kasus ADHD anak menjadi dewasa muda menunjukkan bahwa persentase bervariasi besar tapi masih menampilkan beberapa inti defisit dan atau hubungan sosial terganggu, depresi, selfconcept rendah, perilaku antisosial, penggunaan narkoba, dan pendidikan dan merugikan kerja (Barkley et al. 2004 ; Mannuzza et al., 1993; 1998; Weiss & Hechtman, 1986).
·         Variasi Dan Prediksi Hasil
Dalam meneliti perkembangan data untuk ADHD, penting untuk mempertimbangkan gambaran secara keseluruhan
  1. Persentase besar anak-anak terus mengalami kesulitan selama studi, yang mungkin mencerminkan perbedaan sampel benar atau faktor metodologis.
  2. Gejala inti ADHD, terutama hiperaktif-impulsif, muncul untuk mengurangi dengan perkembangan.
  3. Banyak masalah yang terkait dapat eksis dalam tahun kemudian, meskipun tren ini untuk kesulitan untuk melemahkan sepanjang waktu.
  4. ADHD komorbid dengan gangguan perilaku ini terutama terkait dengan hasil yang lebih buruk dalam inti dan masalah sekunder.
  5. Heterogenitas ada dalam Perkembangan dan hasil program, beberapa anak yang mengatasi masalah sebelumnya dan disesuaikan cukup dewasa, sementara yang lain menunjukkan berbagai jenis dan derajat masalah.
Dalam kasus yang terakhir ini, tampak bahwa gejala awal ADHD dikombinasikan dengan interaksi anak-orangtua yang merugikan dan / atau kemalangan keluarga lainnya menempatkan anak pada jalan dini untuk perilaku oposisi dan melakukan gangguan berikutnya-yang mengarah ke perilaku antisosial persisten (Loeber et al. , 1995; Patterson, DeGarmo, & Knutson 2000).. Genetik atau pengaruh biologis lain juga mungkin memainkan peran di sini (Silberg et al., 1996). Secara keseluruhan itu, hasil dari masa kanak-kanak ADHD tampak bervariasi dengan sejumlah faktor risiko dan protektif
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Secara menyeluruh apa yang harus diindetifikasi dalam kasus ADHD harus secara rinci hal ini terkait pada olah yang dilakukan para Ahli yang mengungkapkan bahwa asil temuan ini menjadi dasar dari konsep ini, yang pertama kali disajikan dalam DSM-IV (1994) dan diberi label defisit perhatian / gangguan hiperaktivitas. Dua faktor dari kurangnya perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas tersusun dalam tiga subtipe:
  1. Tipe yang didominasi hiperaktifitas-impulsifitas (ADHD-III)
  2. Tipe yang didominasi kurangnya perhatian (ADHD-I).
  3. Tipe gabungan (ADHD-C).
  
B.     Saran
Jika diperlukan seharus pemikiran modern yang dipakai pada pembelajaran harus mengandung beberapa kajian seperti penerapan pola pikir yang mengandung makna khayalan, atau pemikiran secara imajinatif karena dengan berfikir secara kasatmata perkembangan dalam memberikan daya sikap dan karakter akan terbentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar