Anak
low vision merupakan anak tunanetra
yang masih mempunyai sisa penglihatan. Sisa penglihatan yang dimilikinya dapat
dimanfaatkan untuk membantu aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan penglihatan.
Karena penglihatan merupakan media untuk menerimainformasi dari lingkungannya
yang sangat penting, maka anak low vision
walaupun hanya memiliki fungsi sisa penglihatan sekecil apapun sebaiknya
pemanfaatan fungsi sisa penglihatannya dioptimalkan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Brohier dalamKeeffe (1994 : 41) yaitu : ‘Biarkan anak itu melihat
dan melihat lagi, dan bantu dia mengerti apa yang dilihatnya’.
Optimalisasi
fungsi sisa penglihatan anak low vision
adalah pemberian kesempatan kepada anak low
vision untuk memanfaatkan sisa penglihatannya semaksimal mungkin baik
dengan menggunakan optik maupun non optik dan bantuan lainnya untuk kelancaran
anak low vision dalambelajar
(Oppegaard,2000). Upaya optimalisasi fungsi sisa penglihatan anak low vision meliputi penanganan medis dan
penanganan fungsional. Penanganan medis merupakan tanggung jawab dokter mata
atau petugas kesehatan lainnya. Sedangkan penanganan fungsional merupakan
tanggung jawab guru dan orang tua. Guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalammemberikan pendidikan yang sesuai dengan kondisi penglihatan anak low vision terutamayang berhubungan
dengan bagaimana mengoptimalkan fungsi sisa penglihatan anak low vision.
Penanganan
untuk mengoptimalkan fungsi sisa penglihatan anak low vision meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) Deteksi atau
dugaan oleh guruatau orang tua bahwa seorang anak diduga mengalamigangguan
penglihatan. (2) Identifikasi gangguan penglihatan. (3) Rujukan ke dokter mata
untuk mendapatkan kepastian. (4) Asesmen klinis dan penanganan secara medis
yang dilakukan oleh dokter mata. (5) Rujukan kembali ke guru yang mengajar anak
low vision.(6) Asesmen fungsional
yang dilakukan guru. (7) Latihan penggunaan fungsi sisa penglihatan efektif.
(8) Pemanfaatan fungsi sisa penglihatan dalampembelajaran. (Dijk, 2004). Dari
delapan tahap tersebut diatas yang bisa dilakukan oleh guru adalah deteksi,
identifikasi, asesmen fungsional, latihan penggunaan fungsi sisa penglihatan
efektif, dan pemanfatan fungsi sisa penglihatan.
Pembahasan
tentang deteksi dan identifikasi telah disinggung di halaman 18 – 19. Untuk
memperoleh pengetahuan secara lengkap tentang optimalisasi fungsi sisa
penglihatan anak low vision yang menjadi wewenang guru, maka berikut ini secara
berturut-turut akan dibahas tentang asesmen fungsional, latihan penggunaan
fungsi sisa penglihatan efektif, dan pemanfaatan fungsi sisa penglihatan
dalampembelajaran anak low vision.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar