OPTIMALISASI FUNGSI SISA PENGLIHATAN ANAK LOW VISION - Sastra Education

Breaking

Senin, 05 Desember 2016

OPTIMALISASI FUNGSI SISA PENGLIHATAN ANAK LOW VISION



Anak low vision merupakan anak tunanetra yang masih mempunyai sisa penglihatan. Sisa penglihatan yang dimilikinya dapat dimanfaatkan untuk membantu aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan penglihatan. Karena penglihatan merupakan media untuk menerimainformasi dari lingkungannya yang sangat penting, maka anak low vision walaupun hanya memiliki fungsi sisa penglihatan sekecil apapun sebaiknya pemanfaatan fungsi sisa penglihatannya dioptimalkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Brohier dalamKeeffe (1994 : 41) yaitu : ‘Biarkan anak itu melihat dan melihat lagi, dan bantu dia mengerti apa yang dilihatnya’.

Optimalisasi fungsi sisa penglihatan anak low vision adalah pemberian kesempatan kepada anak low vision untuk memanfaatkan sisa penglihatannya semaksimal mungkin baik dengan menggunakan optik maupun non optik dan bantuan lainnya untuk kelancaran anak low vision dalambelajar (Oppegaard,2000). Upaya optimalisasi fungsi sisa penglihatan anak low vision meliputi penanganan medis dan penanganan fungsional. Penanganan medis merupakan tanggung jawab dokter mata atau petugas kesehatan lainnya. Sedangkan penanganan fungsional merupakan tanggung jawab guru dan orang tua. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalammemberikan pendidikan yang sesuai dengan kondisi penglihatan anak low vision terutamayang berhubungan dengan bagaimana mengoptimalkan fungsi sisa penglihatan anak low vision.
Penanganan untuk mengoptimalkan fungsi sisa penglihatan anak low vision meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) Deteksi atau dugaan oleh guruatau orang tua bahwa seorang anak diduga mengalamigangguan penglihatan. (2) Identifikasi gangguan penglihatan. (3) Rujukan ke dokter mata untuk mendapatkan kepastian. (4) Asesmen klinis dan penanganan secara medis yang dilakukan oleh dokter mata. (5) Rujukan kembali ke guru yang mengajar anak low vision.(6) Asesmen fungsional yang dilakukan guru. (7) Latihan penggunaan fungsi sisa penglihatan efektif. (8) Pemanfaatan fungsi sisa penglihatan dalampembelajaran. (Dijk, 2004). Dari delapan tahap tersebut diatas yang bisa dilakukan oleh guru adalah deteksi, identifikasi, asesmen fungsional, latihan penggunaan fungsi sisa penglihatan efektif, dan pemanfatan fungsi sisa penglihatan.
Pembahasan tentang deteksi dan identifikasi telah disinggung di halaman 18 – 19. Untuk memperoleh pengetahuan secara lengkap tentang optimalisasi fungsi sisa penglihatan anak low vision yang menjadi wewenang guru, maka berikut ini secara berturut-turut akan dibahas tentang asesmen fungsional, latihan penggunaan fungsi sisa penglihatan efektif, dan pemanfaatan fungsi sisa penglihatan dalampembelajaran anak low vision.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar