FILOSOFI CINTA - Sastra Education

Breaking

Kamis, 01 Desember 2016

FILOSOFI CINTA



Oke guys kita akan belajar cinta. Apa itu cinta ? baca dengan seksama
Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud.  'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan  berikutnya  menuju  manifestasi;  karena  itu  kecerdasan  dan  cinta  sama  unsurnya.  Benda-benda  seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali  suatu  persepsi  kecil  tentang  cinta  yang  ada  di  dalam  kehidupan  tumbuh-tumbuhan.  Tetapi  di  antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka  dapat menunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta  tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta  dalam aspek apapun.  Kata  cinta,  dalam  bahasa  Inggris  'love',  dalam  bahasa  Sanskrit  'Lobh',  berarti  keinginan,  hasrat.  Cinta  adalah  hasrat  untuk  menyadari  sesuatu  yang  dicintai.  Karena  itu,  Shuhud,  realisasi  cinta,  merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan  sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain. 

Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu,  pada  saatnya  akan  membuat  sesuatu  itu  mengungkapkan  rahasianya,  sehingga  manusia  dapat  mengetahui   bagaimana   cara   mengembangkan,   mengendalikan,   dan   memanfaatkannya.   Tak  seorang  pun  dapat  mengetahui  seseorang,  sebesar  apapun  keinginannya  untuk  tahu,  kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani.  Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca 
mata?  Karena  itulah  kita  mengagumi  semua  yang  kita  cintai,  dan  kita  buta  terhadap  kebaikan  orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata  kita  tak  dapat  melihat  kebaikan  mereka.  Seseorang  atau  sesuatu  yang  kita  cintai  mungkin mempunyai  keburukan  pula,  tetapi  karena  cinta  melihat  keindahan,  kita  hanya  melihat  kebaikan  itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya  cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan,  hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya.
Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk 
mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya.  Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari  cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita  memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan  kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta  dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga. 
Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila  manusia  tahu  bagaimana  cara  memberikannya  kepada  dunia  di  sekelilingnya  sebagai  simpati,  sebagai  kebaikan,  pelayanan,  ia  memberi  kepada  semuanya  makanan  kepada  setiap  jiwa  yang 
lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti.  Cinta  selalu  dapat  dikenal  di  dalam  gagasan,  ucapan,  dan  perbuatan  orang  yang  mencintai,  karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan  kehalusan.  Hati  yang  terbakar  oleh  api  cinta  cenderung  untuk  melelehkan  setiap  hati  yang  dijumpainya.  Cinta  menghasilkan  pesona  pada  pecinta  sehingga  sementara  ia  mencintai  seseorang,  semua  mencintai  pecinta  itu.  Magnetisme  cinta  dijelaskan  oleh  seorang  penyair  Hindustan:  "Mengapa  tidak  semua  hati  dilelehkan  menjadi  tetesan-tetesan  oleh  api  yang  dipelihara  hatiku  sepanjang 
hidupku?   Karena   sepanjang   hidup   aku   meneteskan   air   mata   derita   karena   cinta,   pecinta  berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku 
akan membuatmu menjadi pemancing  manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik 
kepadaku,  untuk  menjadi  sahabatku,  tapi  tak  seorang  pun  tahu  apa  di  dalam  hatiku  yang  menariknya."
Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam  suatu  cara  cenderung  ke  arah  cinta;  karena  itu  tak  seorang  pun  di  dunia  yang  dapat  disebut  sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba  di  dunia,  orang  berperan  dalam  semua  kualitas  tanpa  cinta.  Andai  tidak,  kita  pasti  sudah  pahit,  cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang  kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita.  Mencintai,  memuja  seseorang  yang  berhubungan  dengan  kita  baik  dalam  hal  kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada  pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadang- kadang  kita  melihat  seseorang  dan  merasa,  "Mungkin  aku  telah  mengenalnya."  Kadang-kadang  kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling  mengenal. Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'. 
Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai 
macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu  lebih  banyak  waktu  dan  lebih  banyak  api  cinta  untuk  memanaskannya,  setelah  panas  ia  akan  meleleh  dan  dapat  dibentuk  menurut  kehendak  ketika  itu,  namun  kemudian  menjadi  dingin  kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika  bersentuhan dengan api,  dan  bila  mempunyai  sumbu  ideal,  ia  akan  mempertahankan  api  itu  hingga  lilin  habis  terbakar.  Ketiga,  hati  dari  kertas  yang  dapat  menyala  dengan  cepat  ketika  bersentuhan  dengan  api  dan  berubah menjadi abu dalam sekejap. 
Cinta  itu  seperti  api.  Nyalanya  adalah  pengorbanan,  apinya  adalah  kearifan,  asapnya  adalah  keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang  muncul  dari  pengorbanan.  Bila  api  cinta  menghasilkan  nyala,  ia  menerangi  jalan,  dan  semua  kegelapan lenyap.  Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi,  dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah  yang paling emosional, dan yang paling emosional  adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan 
dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di  dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam  hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api,  nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia  adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.  Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan  ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan.  Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta,  ia bersifat surgawi; dan bila  demi  nafsu,  ia  bersifat  duniawi.  Bila  cukup  murni,  cinta  ini  tentu  dapat  menghilangkan  gagasan  tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi  anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada  anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta,  tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia  menjadi orang-orang pilihan Allah.  Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang  tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula  terpusat  pada  diri  sendiri.  Muhammad  s.a.w.  ditanya  seseorang,  "Cinta  siapa  yang  lebih  besar,  cinta  anak-anak  kepada  orang  tua  mereka,  atau  cinta  orang  tua  kepada  anak-anaknya?"  Beliau  menjawab, "Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir  bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam  kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu  hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang  tua  mereka."  Orang  itu  bertanya,  "Cinta  ayah  atau  ibu-kah  yang  lebih  besar?"  Nabi  menjawab,  "Ibu.  Ia  berhak  memperoleh  penghormatan  dan  pelayanan,  karena  surga  terletak  di  bawah  kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.
Tanks you telah membaca …………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar