Oke
guys kita akan belajar cinta. Apa itu cinta ? baca dengan seksama
Dalam
perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud. 'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran,
kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta,
tahap kecerdasan berikutnya menuju
manifestasi; karena itu
kecerdasan dan cinta
sama unsurnya. Benda-benda
seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak
memiliki cinta, kecuali suatu persepsi
kecil tentang cinta
yang ada di
dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi
di antara hewan dan
burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapat menunjukkan diri. Wujud adalah dunia
obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu
yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun. Kata
cinta, dalam bahasa
Inggris 'love', dalam bahasa
Sanskrit 'Lobh', berarti keinginan,
hasrat. Cinta adalah
hasrat untuk menyadari
sesuatu yang dicintai.
Karena itu, Shuhud,
realisasi cinta, merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa.
Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan sebutan: kehendak, keinginan, hasrat,
kebaikan, suka, dan lain-lain.
Di
dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya
kepada sesuatu, pada saatnya
akan membuat sesuatu
itu mengungkapkan rahasianya,
sehingga manusia dapat
mengetahui bagaimana cara
mengembangkan, mengendalikan, dan
memanfaatkannya. Tak seorang
pun dapat mengetahui
seseorang, sebesar apapun
keinginannya untuk tahu,
kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar
yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat
kaca
mata? Karena
itulah kita mengagumi
semua yang kita
cintai, dan kita
buta terhadap kebaikan
orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan,
tetapi tanpa cinta, mata kita tak
dapat melihat kebaikan
mereka. Seseorang atau
sesuatu yang kita
cintai mungkin mempunyai keburukan
pula, tetapi karena
cinta melihat keindahan,
kita hanya melihat
kebaikan itu. Kecerdasan sendiri
dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya cinta telah dinyalakan, hati menjadi
transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat
melihat melaluinya.
Namun
sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya
untuk
mengalami
hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta
diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya. Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan
kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari cinta kita sejauh yang disadari oleh
tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan
bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan
kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih
banyak merasakan cinta dan perhatian!
Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota
keluarga.
Karena
cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan,
maka, bila manusia tahu
bagaimana cara memberikannya
kepada dunia di
sekelilingnya sebagai simpati,
sebagai kebaikan, pelayanan,
ia memberi kepada
semuanya makanan kepada
setiap jiwa yang
lapar.
Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan
pasti. Cinta selalu
dapat dikenal di
dalam gagasan, ucapan,
dan perbuatan orang
yang mencintai, karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan
yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan
kehalusan. Hati yang
terbakar oleh api
cinta cenderung untuk
melelehkan setiap hati
yang dijumpainya. Cinta
menghasilkan pesona pada
pecinta sehingga sementara
ia mencintai seseorang,
semua mencintai pecinta
itu. Magnetisme cinta
dijelaskan oleh seorang
penyair Hindustan: "Mengapa
tidak semua hati dilelehkan menjadi
tetesan-tetesan oleh api
yang dipelihara hatiku
sepanjang
hidupku? Karena
sepanjang hidup aku
meneteskan air mata
derita karena cinta,
pecinta berkunjung ke kuburku
penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata,
"Aku
akan
membuatmu menjadi pemancing
manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik
kepadaku, untuk
menjadi sahabatku, tapi
tak seorang pun
tahu apa di
dalam hatiku yang
menariknya."
Cinta
itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak
penting, dalam suatu cara
cenderung ke arah
cinta; karena itu
tak seorang pun
di dunia yang
dapat disebut sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu
yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba di
dunia, orang berperan
dalam semua kualitas
tanpa cinta. Andai
tidak, kita pasti
sudah pahit, cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika
kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang
dan memeluk kita. Mencintai, memuja
seseorang yang berhubungan
dengan kita baik
dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan
duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran
seseorang menarik kita seperti magnet, kadang- kadang kita
melihat seseorang dan
merasa, "Mungkin aku
telah mengenalnya." Kadang-kadang
kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami
seolah-olah kedua jiwa saling mengenal.
Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'.
Hati
yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada
berbagai
macam
hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal
perlu lebih banyak
waktu dan lebih
banyak api cinta
untuk memanaskannya, setelah
panas ia akan
meleleh dan dapat
dibentuk menurut kehendak
ketika itu, namun
kemudian menjadi dingin
kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh
ketika bersentuhan dengan api, dan
bila mempunyai sumbu
ideal, ia akan
mempertahankan api itu
hingga lilin habis
terbakar. Ketiga, hati
dari kertas yang
dapat menyala dengan
cepat ketika bersentuhan
dengan api dan
berubah menjadi abu dalam sekejap.
Cinta itu
seperti api. Nyalanya
adalah pengorbanan, apinya
adalah kearifan, asapnya
adalah keterikatan, dan abunya
adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang muncul
dari pengorbanan. Bila
api cinta menghasilkan
nyala, ia menerangi
jalan, dan semua
kegelapan lenyap. Bila daya-hidup
bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah
emosi, dan bila bekerja di dalam tubuh,
itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah yang paling emosional, dan yang paling
emosional adalah yang paling bernafsu,
sesuai dengan
dataran
yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di
dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia
bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta adalah api di
dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia adalah asap bila ia menjelma melalui
tubuh. Cinta pertama adalah bagi diri
sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya
pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan. Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis
kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat
surgawi; dan bila demi nafsu,
ia bersifat duniawi.
Bila cukup murni,
cinta ini tentu
dapat menghilangkan gagasan
tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta
ketiga diperuntukkan bagi anak-anak, dan
ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta
kepada anak-anak, adalah memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup
seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia menjadi orang-orang pilihan Allah. Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh
lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua
terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula
terpusat pada diri
sendiri. Muhammad s.a.w.
ditanya seseorang, "Cinta
siapa yang lebih
besar, cinta anak-anak
kepada orang tua
mereka, atau cinta
orang tua kepada
anak-anaknya?" Beliau menjawab, "Cinta orang tua lebih besar,
karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia,
seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam
kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh
berpikir bahwa suatu hari orang tuanya
akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua
mereka." Orang itu
bertanya, "Cinta ayah
atau ibu-kah yang
lebih besar?" Nabi
menjawab, "Ibu. Ia
berhak memperoleh penghormatan
dan pelayanan, karena
surga terletak di
bawah kakinya." Cinta orang
tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.
Tanks
you telah membaca …………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar