A. Latar Belakang Masalah
Banyak kalangan pelajar yang
menganggap belajar di kelas adalah hal yang kurang menyenangkan , duduk
berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan informasi materi berdasarkan buku
teks yang telah ditentukan dan mengerjakan tugas dari guru untuk mendapatkan
nilai. Kegiatan ini biasanya dijalani pelajar setiap hari, sehingga pelajar
menganggap belajar hanya sebagai rutinitas untuk mendapatkan nilai tanpa
diimbangi kesadaran untuk menambah pengetahuan baru dan menggunakan pengetahuan
yang telah dimilkinya untuk memecahkan suatu masalah sehingga siswa menjadi
pasif dan pembelajarannya kurang bermakna.
Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran di kelas adalah mata pelajaran yang mengkaji benda abstrak yang
disusun dalam suatu system aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan
penalaran matematika, bagi sebgaian besar siswa merupakan mata pelajaran yang
dianggap paling sulit, paling membosankan dan tak jarang juga dianggap sebagai
mata pelajaran yang menakutkan. Bahkan dianggap memberi andil paling besar bagi
ketidaklulusan siswa dalam mengikuti Ujian Nasional. Mungkin disebabkan
pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan berhitung. Selain
itu guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi. Siswa
diberikan definisi –definisi , setelah itu langsung diberi contoh-contoh
sehingga siswa hanya memperoleh catatan-catatan yang berupa simbol dan
rumus-rumusnya saja, tidak ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari . Hal ini
berakibat pada siswa yang apabila mereka diberi soal yang berbeda dengan contoh-contoh
soal cenderung membuat kesalahan. Dengan keadaan seperti ini menyebabkan
rendahnya prestasi belajar matematika.
Berdasarkan evaluasi hasil belajar
siswa tahun lalu SMP Negeri 8 Banjarbaru , hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran materi segiempat masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal, dikarenakan
materi segiempat dianggap mudah padahal sebenanrnya materi ini perlu ketelitian
dan cukup rumit.
Berdasar dari permasalahan diatas ,
salah satu usaha guru dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
yaitu dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau
kontekstual dalam pembelajaran matematika.
Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah model pembelajaran yang
menekannkan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti
memilih SMP Negeri 8 Banjarbaru sebagai tempat penelitian karena sekolah
tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang serupa dengan peneliti
khususnya mata pelajaran matematika serta sekolah ini bukan merupakan sekolah
favorit dan jauh dari pusat kota yang cenderung siswa pusat informasi siswa pada guru dan perpustakaan sekolah sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 8 Banjarbaru.
Berdasarkan
permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa menggunakan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada materi Segiempat di kelas
VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru Tahun pelajaran 2014-2015 ‘.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru tahun pelajaran 2014-2015 dalam
pembelajaran matematika pada materi segiempat melalui model contextual teaching and learning ?
2. Bagaimana meningkatkan aktivitas
siswa kelas VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru tahun pelajaran 2014-2015 dalam
pembelajaran matematika pada materi Segiempat melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning ?
3. Bagaimana meningkatkan respon siswa
kelas VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru tahun pelajaran 2014-2015 dalam
pembelajaran matematika pada materi Segiempat melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning ?
C. Batasan
Masalah
Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini antara lain :
1. Subjek Penelitian yakni pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru.
2. Materi pelajaran yang menjadi fokus
pada penelitian adalah menghitung keliling dan luas daerah segiempat pada
bangun persegi, persegi panjang, belah ketupat, dan layang-layang.
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Meningkatnya hasil belajar kelas VII
B SMP Negeri 8 Banjarbaru dalam pembelajaran Segiempat dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning.
2. Meningkatnya Aktivitas Siswa kelas
VII B SMP Negeri 8 Banjarbaru dalam pembelajaran Segiempat dengan menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning.
3. Meningkatnya respon siswa kelas VII
B SMP Negeri 8 Banjarbaru dalam pembelajaran Segiempat dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
E. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Guru
Sebagai informasi untuk bahan
pertimbangan dalam pembelajaran matematika dengan model contextual teaching and learning
2. Bagi Siswa
Meningkatkan minat, perhatian, aktivitas,
pemahaman, dan hasil belajar serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran sehingga meningkatkan kualitas atau mutu sekolah.
F. Landasan
Teori /Kajian Pustaka
1.
Pengertian
Belajar
Azwar (2004:164) belajar adalah setiap
perubahan perilaku yang di akibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya, oleh karena itu manusia selalu terbuka terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya. Belajar menurut Djamarah (1994:21) adalah
“ suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari dan merupakan suatu yang mempunyai tujuan
yaitu terjadinya perubahan dalam diri individu.
Belajar menurut Skinner (1973)
mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif.
Belajar menurut M.Sobry Sutikno (2004) ,
mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut C.T Morgan (1962)
mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh
guru agar tejadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, didalam
pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
(Sutikno
Sobry, 2009: 32 )
Model Pembelajaran menurut Qoyce, 1992 adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
(Suyadi,
2013: 14 )
Model
pembelajaran menurut Soekamto dan Hamruni adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
(Suyadi,
2013: 15 )
3.
Model
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning
Model
Contextual Teaching and Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari secara penuh dengan realitas kehidupan nyata,
sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari (Elaine B.Johnson,2010).
Penerapan
contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran menekankan pada tiga
hal yakni :
1. Contextual teaching and learning
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
pelajaran.Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung.
2. Contextual teaching and learning
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan realitas kehidupan nyata.
3. Contextual teaching and learning mendorong
siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
(Suyadi, 2013: 82 )
Contextual teaching and learning membantu para siswa menemukan makna
dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks
kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang
menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri,
bekerja sama, berpikir kritis, dan kreatif, menghargai orang lain, mencapai
standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.
(Johnson, Elaine 2010)
Keunggulan pembelajaran contextual
teaching and learning :
1. Pembelajaran kontekstual dapat
mendorong peserta didik menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata.
2. Pembelajaran kontekstual mampu
mendorong peserta didik untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata.
3. Pembelajaran kontekstual menekankan
pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi.
Kelemahan pembelajaran contextual teaching and learning
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi
peserta didik untuk bisa memahami semua materi.
2. Guru lebih insentif dalam membimbing
karena dalam metode ini guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
3. Upaya menghubungkan antara materi di
kelas dengan realitas di dalam kehidupan sehari-hari peserta didik rentan
kesalahan.
(Suyadi, 2013:95-96)
4. Hasil
Belajar
Gagne (1985) menyebutkan ada lima
macam hasil belajar berikut ini :
a) Keterampilan intelektual atau
keterampilan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip,
dan pemecahan masalah yang kesemuaannya diperoleh melalui materi yang disajikan
oleh guru di sekolah.
b) Strategi kognitif, yaitu kemampuan
untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir.
c) Informasi verbal, yaitu kemampuan
untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur
informasi-informasi yang relevan.
d) Keterampilan motorik, yaitu
kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang
berhubungan dengan otot.
e) Sikap, yaitu suatu kemampuan
internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang didasari oleh emosi,
kepercayaan-kepercayaan, serta faktor intelektual.
(Sutikno sobry, 2009:7)
Hasil
belajar ini dapat diukur melalui beberapa evaluasi, selain mengukur hasil
belajar penilaian juga dapat ditujukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan
dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Evaluasi
adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk
memperoleh simpulan.
(Sutikno sobry, 2009:117)
5.
Aktivitas Siswa
Paul D.Dierich membagi kegiatan
belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :
a. Kegiatan mental
b. Kegiatan lisan
c. Kegiatan mendengarkan
d. Kegiatan menulis
e. Kegiatan menggambar
f. Kegiatan metrik
g. Kegiatan emosional
6.
Respon Siswa
Respon
adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan
hasil stimulus tersebut.
(https://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-respon/)
7.
Hipotesis tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Melalui model pembelajaran
contextual teaching and learning maka hasil belajar siswa kelas VII B SMP
Negeri 8 Banjarbaru meningkat.
2. Melalui model pembelajaran
contextual teaching and learning maka aktivitas
siswa kelas VII B pada materi segiempat meningkat.
3. Melalui model pembelajaran
contextual teaching and learning maka respon siswa kelas pada materi segiempat
meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar