MORAL CINTA - Sastra Education

Breaking

Kamis, 01 Desember 2016

MORAL CINTA



Oke guys aku akan membahas tentang moral cinta
"Selamat Membaca ....!"
Ada satu moral, yaitu cinta memancar dari  penyangkalan diri dan berkembang dalam perbuatan  baik. Orang mungkin berkata bahwa cinta pun merupakan  sumber perbuatan buruk, tetapi tidak demikian; sumbernya adalah tiadanya cinta.  Amal  baik  kita  terbuat  dari  cinta,  dan  dosa-dosa  kita  disebabkan  oleh  tiadanya  cinta.  Cinta  mengubah  dosa  menjadi  kebaikan.  Tanpa  cinta,  perbuatan  baik  tak  bermakna.  Ketika  seorang  wanita yang dituduh telah melakukan dosa dibawa kepadanya, nabi Isa berkata, "Dosa-dosanya  telah diampuni, karena ia sangat mencintai." Surga menjadi indah karena cinta, dan hidup menjadi  neraka tanpa cinta. Cinta dalam kenyataannya  menghasilkan keserasian dalam hidup seseorang  di dunia dan kedamaian di akhirat. Seorang  gadis  penari,  ketika  menyaksikan  dua  pemakaman  dari  balik  jendela,  berkata  kepada  pemuda kekasihnya, "Yang pertama dari keduanya  adalah jiwa yang telah pergi ke surga, yang  kedua  adalah  jiwa  yang  telah  pergi  ke  neraka,  aku  yakin."  Pemuda  itu  berkata,  "Bagaimana engkau, seorang gadis penari, pura-pura tahu sesuatu yang hanya diketahui orang suci?" Gadis itu  menjawab,  "Aku  tahu  dari  kenyataan  sederhana  bahwa  orang  yang  mengikuti  pemakaman pertama  semua  bermuka  sedih,  bahkan  banyak  yang  meneteskan  air  mata;  sedangkan  orang- orang  pada  pemakaman  kedua  semuanya  gembira.  Yang  pertama  membuktikan  bahwa  ia mencintai  dan  memperoleh  kasih  sayang  dari  banyak  orang  sehingga  tentu  ia  berhak  masuk  surga; sedangkan yang kedua tentu tak menyukai seorang pun  karena tak ada yang mengangisi  kepergiannya."

Oleh karena itu, sebagaimana dunia ini merupakan neraka bagi orang tanpa cinta, neraka yang  sama  akan  menjadi  nyata  di  dunia  berikutnya.  Bila  jiwa  dan  hati  tak  mampu  mencintai,  maka  meskipun  ia  seorang  kerabat  atau  teman  terdekat,  ia  adalah  orang  asing.  Ia  tak  mempedulikan  mereka, dan tidak menyukai kebersamaan dengan mereka.  Mudah sekali untuk mulai mencintai, dan inilah yang dilakukan semua orang. Tetapi sangat sulit untuk  memelihara  cinta,  karena  cinta  membuka  mata  pecinta  untuk  melihat  melalui  kekasihnya, meskipun  ia  menutup  mata  pecinta  terhadap  semua  yang  lain.  Mula-mula,  semakin  pecinta mengetahui  kekasihnya,  semakin  banyak  ia  melihat  cacat  maupun  kebaikannya,  yang  secara  alami  pada  awal  cinta  menjatuhkan  kekasih  dari  ketinggian  di  mana  pecinta  menempatkan kekasihnya.
Hal  lain  adalah  bahwa  di  samping  atribut-atribut  yang  memikat  pecinta  satu  sama  lain,  terdapat  kecenderungan pada masing-masing untuk menghancurkan. Ego selalu memainkan siasat dalam membawa dua hati bersatu dan kemudian memisahkannya kembali. Karena itu di dunia ini hampir  semua  orang  berkata,  "Aku  cinta,"  atau  "Aku  telah  mencintai,"  tetapi  sangat  jarang  cinta  yang  senantiasa meningkat sejak dimulai. Bagi pecinta sejati, sungguh aneh mendengar orang berkata, 
"Aku telah mencintinya, tetapi kini aku tak mencintainya lagi." 
Cinta  harus  secara  mutlak  bebas  dari  pementingan  diri  sendiri,  karena  bila  tidak,  ia  tak  akan menghasilkan cahaya yang benar. Bila api tak menyala, ia tak memberi cahaya, hanya asap yang keluar darinya, asap yang menyebalkan. Demikianlah cinta yang mementingkan diri sendiri; baik cinta kepada manusia maupun kepada Allah, ia tak berbuah karena meskipun tampak seperti cinta kepada  orang  lain  maupun  kepada  Allah,  ia  sesungguhnya  adalah  cinta  kepada  diri  sendiri.
Gagasan yang masuk ke dalam pikiran seorang pecinta seperti, "Jika engkau mau mencintaiku, aku akan mencintaimu, tetapi bila engkau tak mencintaiku, aku pun tak akan mencintaimu," atau  "Aku mencintaimu sebesar cintamu kepadaku," dan semua pernyataan serupa, adalah pernyataan  cinta yang palsu. 
Peran yang dijalankan seorang pecinta dalam hidup lebih sulit daripada peran kekasih. Tirani dari pihak  kekasih  dipandang  dengan  toleran  dan  sabar  oleh  pecinta  sebagai  sesuatu  yang  alami  dalam   jalur   cinta.   Hafiz   berkata   tentang   menyerah   kepada   kehendak   kekasih:   "Aku   telah  memecahkan gelas kehendakku ketika berbenturan dengan kehendak kekasihku. Apa yang dapat dilakukan bila hatiku takluk oleh kekasih yang keras hati, yang mengikuti kehendaknya sendiri dan mengabaikan  kehendak  pecintanya?"  Itulah  hasil  studi  mengenai  sifat  pecinta  dan  kekasihnya, bahwa  sang  kekasih  melakukan  apa  yang  diinginkan,  sedangkan  pecinta  hidup  dalam  cinta.
Penyimpangan  dari  keadaan  itu  hanya  terjadi  pada  kematian  pecinta.  Satu-satunya  cara  ialah penyerahan diri, baik dalam hal kekasih duniawi maupun Kekasih ilahi. Pecinta tak pernah mengeluh mengenai ketidak-adilan terhadap dirinya, dan ia menyembunyikan setiap kesalahan kekasihnya. Pecinta selalu berusaha agar tidak menyakiti perasaan kekasihnya dalam setiap perbuatannya.
Meskipun  cinta  adalah  cahaya,  ia  menjadi  kegelapan  bila  hukumnya  tidak  dipahami.  Seperti  air  yang dapat membersihkan semua benda, air itu menjadi lumpur  bila bercampur tanah. Demikian pula  cinta,  bila  tidak  dipahami  dengan  benar  dan  bila  salah  arah,  ia  menjadi  kutukan, bukan berkah.
Ada  lima  dosa  utama  terhadap  cinta,  yang  mengubah  madu  menjadi  racun.  Pertama,  bila  demi cintanya   pecinta   merampas   kebebasan   dan   kebahagiaan   kekasihnya.   Kedua,   bila   pecinta membiarkan kecemburuan atau kepahitan dalam cinta. Ketiga, bila pecinta ragu, tak percaya, dan  curiga   kepada   orang   yang   dicintainya.   Keempat,   bila   cinta   menyusut   akibat   membiarkan kesedihan, masalah, kesulitan, dan penderitaan yang datang dalam jalur cinta. Kelima, bila pecinta memaksakan kehendaknya sendiri, bukan menyerah kepada kehendak kekasih. Itu semua adalah penyebab   alami   dari   petaka   dalam   hati   yang   mencinta,   seperti   penyakit   bagi   tubuh   fisik. 
Lenyapnya kesehatan membuat hidup menyedihkan, demikian pula lenyapnya cinta membuat hati tertekan. Hanya pecinta yang menghindari kesalahan di atas akan memperoleh manfaat dari cinta, dan tiba dengan selamat di tempat tujuannya. Cinta terletak di dalam pelayanan. Hanya sekedar melakukan, bukan demi ketenaran atau nama,  bukan mengharap penghargaan atau terima kasih, adalah pelayanan cinta. Pecinta  menunjukkan  kebaikan  dan  kemurahan  kepada  kekasihnya.  Ia  melakukan  apapun  yang dapat    dilakukannya    bagi   kekasihnya    dalam    bentuk membantu, melayani, berkorban,menenangkan, atau menyelamatkan, tetapi menyembunyikan  semuanya  dari  dunia,  bahkan  dari  kekasihnya. Bila   sang   kekasih   melakukan sesuatu   baginya    ia   melebih-lebihkannya, mengidealkannya, membuat pasir menjadi bukit. Ia mengambil racun dari tangan kekasih sebagai  gula,  dan  derita  cinta  dalam  luka  hatinya  sebagai  kegembiraan.  Dengan  memperbesar  dan  mengidealkan  apapun  yang  dilakukan  kekasih  terhadapnya  dan  dengan  melupakan  apa  yang  dilakukannya bagi kekasihnya, ia mengembangkan penghargaan diri sendiri, yang menghasilkan semua kebaikan dalam hidupnya. 
Kesabaran,  pengorbanan,  penyerahan,  kekuatan,  dan  pengabdian  dibutuhkan  dalam  cinta,  dan  tiada  sesuatu  kecuali  harapan,  hingga  ia  bersatu  dengan  kekasihnya.  Pengorbanan  dibutuhkan  dalam cinta untuk memberi semuanya: kekayaan, harta milik, tubuh, hati, dan jiwa. Tiada lagi "Aku" yang tersisa, yang ada hanya "engkau", sampai "engkau" itu berubah menjadi "aku". Di mana ada cinta  di  situ  ada  kesabaran,  di  mana  tiada  kesabaran  di  situ  tak  ada  cinta.  Pecinta  mengambil harapan sebagai sari dari agama cinta, karena harapan adalah satu-satunya hal yang membuat api  hidup  tetap  menyala.  Bagi  pecinta,  harapan  adalah  tali  keselamatan  di  laut. 
Menurut  hukum  alam,  perpisahan  diperlukan  meskipun  ini  paling  menyakitkan.  Bila  dua  hati  bersatu dalam cinta, perpisahan menunggu mereka. Perpisahan harus diterima. Seorang penyair  Persia  berkata,  "Andai  aku  tahu  kepedihan  akibat  perpisahan  dalam  cinta,  aku  tak  akan  pernah  membiarkan cahaya cinta menyala di dalam hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar