Tatapan Mata Yang Mempesona - Sastra Education

Breaking

Kamis, 26 Mei 2016

Tatapan Mata Yang Mempesona


 Pagi yang indah suasana hati. Yang kian termenung saat udara pagi yang begitu menyejukkan hati. Ini adalah hari dimana ia dapat sesaatu hal baru. Dengan semilir pagi yang begitu nyaman. Suara kokokan ayam yang menambah merdunya pagi. Dan siulan burung – burung terasa menyejukkan hati saat itu terlintas di benakku sesosak wanita yang sangat cantik membuat kegelisah hatiku. Aku bernama Herman. Aku yang masih kuliah di perguruan tinggi swasta yang berada di kota Banjarbaru. Baru menghinjak semester 2.
 Aku yang tak tenang berada dirumah. Dengan rasa gusar dalam hatiku ini. Pikiran yang dulunya tenang sekarang melayang entah kemana. Semakin lama gusar hatiku ini. Menambah kepedihan hatiku. Hari semakin siang suara angin bertiup semakin semilir menerpa keringat dingin yang ada pada tubuhku. Suasana yang panas dalam hatiku seakan dingin oleh terpaan sayuan angin. Tubuh yang kurus kering terasa segar seakan semangat hilang telah kembali lagi.

Dengan kegundahan hati yang tidak akan berhenti. Tanpa ada pencerahan dalam diri. Aku mencoba untuk menghilangkannya. Saat matahari hampir diatas kepala.
Aku mengeluarkan kendaraan motor buntut untuk menemaniku jalan- jalan mengelingi sekitar Martapura tempat tinggalku. Kulaju motor buntut tersebut dengan pelan dan santai. Sambil menimati jalan – jalan yang indah di Martapura. Dengan suara bising kendaraan tua ini aku menyelusuri selusuh pelosok jalan, gang. Demi untuk menghilang kegundahan hati yang kian hari bertamabah panas. Hari ini aku sendiri menyelusuri gang kecil, besar dan seluruh jalan yang berada di sepanjang Martapura.
Sepanjang hari aku tempuh dengan berkendara sepeda motor untuk menghilang rasa gundah hatiku ini. Perjalanan panajang yang tanpa tujuan bagai harapan yang kosong berada didepan. Saat itu perjalanan yang panjang aku tempuh. Dengan terik matahari yang menyengat sampai menghanguskan kulit. Tak melupakan jalan petualanganku.   Petualangan jalan yang kulalui seakan menambah kepedihan hatiku. Di sudut gang jalan sempit, aku berkendara dengan santai. Kulihat segerombolan santri – santri berjalan dengan anggun. Kulihat indah dan mempesona dengan pakaian muslim yang cantik dan anggun membuat mataku terpana. Hilang sudah kegundahan hatiku.
Perasaan yang semakin melayang membawaku ke alam bawah sadarku.  Terbawa oleh hembusan angin sore yang begitu dingin menyejukkan pandangan mata. Hingga membuat aku tenggelam dalam kahayalan yang sebenarnya.
“Ada apa gerangan ....?”.
“Mengapa aku jadi seperti ini.....?”.
Pertanyaan inilah yang timbul dalam benakku. Setiap kaki melangkah terasa berat untuk kembali kerumah . perasaan bergetar dalam dadaku membuat jantungku bedenyut kencang. Saat itu itu kudengar suara adzan magrib kumandang. Tergetar hatiku oleh merdu pangggilan Illahi. Dengan jalan yang tegap aku segera menuju ke masjid. Suasana terlintas di pikiranku keindahan yang abadi. Saat aku berjalan ke masjid dengan jalan terlalu cepat, ternyata didepan ada seorang wanita cantik masih muda.
Tanpa sadar aku menabraknya hingga barang yang dibawa jatuh. Sebuah kitab suci alqur’an. Dengan segera aku membantu mengambil. Waktu tangan mau sampai pada benda tersebut tangan wanita telah sampai dulu. Tak sadar aku memegang tangan wanita tersebut bergetar hatiku ini. Jantung berdetak kencang. Seperti bunyi genderang diwaktu perang. Tersenyum sang waniita tersebut padaku. Aku yang melihat tersipu malu padanya. Dengan segera kulepaskan peganganku.
Maka sang wanita pergi meninggalkan memasuki masjid. Terkejut aku ada orang wanita yang sanagt rajin ke masjid masih muda kira – kira seumuranlah denganku.
“Ah apa benar yang kulihat itu .....?”.
Tanya batin yang merasakan keindahan hati. Sesaat aku segera menuju ke masjid untuk sholat berjamaah sholat Magrib. Sholat magrib berjamaah dilakasanakan. Selesai sholat seluruh jamaah berdoa bersama. Saat aku mau pulang. Didepan pintu keluar masjid masijd aku terkejut ada sesosok wanita yang merasa ada yang ditunggu. Aku yang merasa penasaran segera menemuinya.
Dengan segera aku menghampirinya. Walaupun hati berdebar ketika meliat wanita yang cantik didepan mataku. Seolah jiwaku ini terpanggil untuk menemuinya. Saat kucoba mendekati ternyata wanita yang aku tabrak tadi. Aku segera menanyakan.
“Permisi, mbak ada yang bisa saya bantu......!”.
“Oh mas yang tadi, sebenarnya aku menunggu mas untuk mengucapkan terima kasih......”. “ Oh yang mbak sama – sama.....”
Tanpa sepatah kata yang terucap lagi wanita tersebut segera meninggalkan. Denyut jantung yang berdetak seakan tak mau berhenti. Kepergian wanita tadi telah membuat gemuruh hatiku yang tak tentu. Aku segera menuju ke rumah karena kedua orang tuaku telah menunggu untuk makan malam bersama.
Dirumah ibuku telah menyiapkan makanan kesukaan yaitu sambal Gudeg. Dengan sedikit makanan yang menggugah selera makanan itu ku nikmati sambil menghayal seseatu yang ada dalam benakku semakin aku makan semakin tajam pikiran mengenai wajah wanita tersebut hingga membuatku hilang arah dalam pandangan.
Suara adzan terdengar jelas ditelinggaku. Suara yang  sangat merdu membuat hati seakan – akan ada cinta tersembunyi dalam dadaku. Hingga selasai adzan makanan yang ku makan belum sempat habis. Hal ini semakin aku jatuh dalam asmara cinta yang bergelora. Seakan hidup ini terasa berarti buatku.
Aku segera berjalan ke masjid disamaping rumah. Bergetar hatiku saat melihat wanita yang pernah kutemui tadi sore sebelum magrib. Apalagi senyum yang manis membuat hatiku dibutakan oleh cinta yang ada dalam hatiku. Seakan hati ini tertuju untuk wanita yang ada didepan mataku. Perlahan – lahan aku mencoba mendekatinya. Dengan panggilan yang soapn aku ucapkan untuk menyapanya.
“Hai ....!”.
“Oh mas yang kemarin...., ada apa ya...?”.
Mendengar panggilan yang halus seakan hatiku hanyut dalam  cinta. Kutatap tajam kedua matanya . hingga batin ini tak kuasa untuk menahan apa yang ada didepan mata.
“Ada apa ya ...?”.
Diulangi perkataanya padaku.
“Dari tadi kita bertemu masah belum tahu namanya sama sekali......!”.
“Oh ya , perkenalakan nama saya Nita.....”. “Dan mas siapa...?”.
“Saya bernama Herman,  tinggal diseberang masjid ini ....., kamu tinggal dimana ..?”.
“Saya tinggal di sebelah kanan masjid .....”.
Suara iqomat segera berkumandang. Aku ambil air wudhu berkumur , kubasuh muka, tangan, kepala, telingga dan kaki. Tersegar seluruh badan dan jiwa. Ketenangan juga menyelimuti seluruh tubuhku. Apalagi setelah tahu bahwa wanita tersebut cuma tinggal diseberang jalan. Hal ini membuatku bahagia. Sholat Isyapun segera dilaksanakan. Dengan khusyu’ aku melakukan solat isya’. Dalam waktu tak terlalu lama sholat selesai. Doa pun segera dibacakan.
Sholat magarib akhirnya selesai. Kuberjalan dengan penuh ceria yang saat keluar masjid. Didepan pintu muka Nita menunggu aku yang berjalan menuju ke arahnya. Seolah bagai apa perasaanku ini ...?. perasaan yang berdebar jantung tak mau berhenti ini seakan membakar tubuhku.
Perasaan apa ya....?, kenapa hatiku berdebar .....?, tanya hatiku .
Semakin mendekat aku, semakin pula jantung berdebar kencang bagai genderang mau perang. Tiba – tiba Nita menyapaku.
“Mas nanti mas habis isya’ ada acara tidak.....!”.
Hatiku yang berdebar seakan tak berkutik didepannya. Panggilannya seakan menghanyutkan rasa dalam dada ini cinta yang membuatku terpana..?”.
“Mas nanti habis isya’ ada acara tidak...!”.
Pertanyaan yang diulang seakan menghayutkan hatiku ini. Tak terasa akau merasa melayang diangkasa hidup bagai burung bebas.
“Mas kenapa sich diam saja....?”.
“Oh ada apa ya Nit.....?”.
 “Tuhkan mas ngelamun ya....”.
“Maaf .....!”.
“Mas nanti habis isya’ ada acara tidak ...!”.
“Oh enggak emang ada apa ...?”.
“Bagus dech, mas nanti mau menemani aku untuk pengajian malam  dirumah kawanku, mau apa tidak...?”.
“Oh itu, tentu saja mau.....!”
Suara adzan isya’ mulai berkumandang. Panggilan Allah SWT telah tiba. Para musllimberbondong – bondong ke masjid. Rumah Allah SWT yang berada di seberang rumahku memang selau ramai didatangi oleh para mislim pengikut nabi Muahammad SAW.
Aku yang selsaiakn makan malam bersama keluargaku. Bergegas aku segera menyeselsaikannya. Aku segera menuju panggilan Allah SWT. Nita yang tak jauh dari rumah ke masjid sudah berada di masjid. Dan sudah melakukan sembahyang sunat. Aku ambil air wudlu untuk berkumur dalam muluku,  membasuh  muka, kedua tangan, kepala dan telingga begutu juga kedua kakiku. Aku dengar iqomat telah di kumandangkan. Saf – saf tertata dengan rapi. Aku yang datang agak belakang berada di saf paling belakang.
Sholat berjamah isya’pun dilakukan dengan kidmat. Suasana malam yang begitu sunyi dan kekusyukan dalam sholat yang dirasakn berbeda dengan malam sebelumnya. Pada waktu sholat berjamaah selesai. Aku yang sesaat mau pulang ke rumah.
Tiba- tiba dengan panggilan lantang di belakang sura sesosok gadis yang bernama Nita menaggilku.
“Her jadikah menemaniku ke pengajian rumah kawanku.....!”
“Oh iya hampir saja aku lupa, sekarangkah kita berangkat....!”
“Iyalah mash minggu depan....!”
Aku segera mengambil sepeda motor buntutku. Kuboncengkan Nita, dengan pelukan erat ia memegang pinggulku. Terasa bergetar hatiku ini. Dengan pelan – pelan aku menuju ke rumah kawannya yang bernama Sari. Ternyata ramai sekali pengajian yang terselengara di rumah Sari. Semua yang datang adalah teman mahasiswa Sari. Aku yang belum kenal seluruh kawan, tiba – tiba ada seorang lelaki yang mendekati. Badan sedikit kecil dariku. Dengan lagak yang lucu. Ia menyapa pada diriku.
“Hai kawan siapa namamu....?”
“Oh aku bernama Herman, kamu siapa .....?”
“ Adalah Dadu kawan kulaih Sari. Aku sekarang baru semester 4. Dan kamu kulaih dimana ...?”
“Aku sekarang kulaih di STKIP Banjarmasin jurusan matematika. Dan Dadu kulaih dimana....?”
“Aku kulaih di STMIK Banjarmasin bersama Sari dan Nita. ..”
“Oh begitu...”
“Herman apa pacar Nita.....?”,  tanya Dadu yang sambil celengesan menanyakannya.
“Bukan aku kenal Nita karena ia satu kampung denganku...”
Hati Dadu terasa lega. Saat pengajian segera dimulai seluruh jamaah pengajian segera berkumpul. Banyak gadis berkerundung berkumpul dalam pengajian tersebut.
Terlihat sesok gadis yang sangat cantik dari sudut berseberang dengan tempat duduk Nita. Bahkan rasa hatiku yang semakin hanyut dalam bui asmara cinta. Ini lebih dhasyat saat aku bertemu Nita. Gelombang cinta yang membara dalam alunan melodi syair Al Quran bergemeruh dalam hatiku.
Terlihat wajah nan cantik dari lubuk hatiku. Sepertinya aku melihat bidadari yang sangat elok menawan hatiku. Aku yang terbayang dalam bayang malam yang begitu mempesona.
Tiba  - tiba ada sebauh panggilan.
“Her ....!” Her....!”
Tersadar aku, kulihat didepan mata telah datang seoarang gadis cantik. Nita kemudian memperkenalkan gadis itu kepadaku. Seakan jiwa telah ada goncangan cinta yang membara.  Kemudian aku mulai berkenalan saat itu juga aku merasa ada yang bergetar dalam jiwa. Dengan sedikit malu dan penuh percaya diri aku menganagkat tangan kananku untuk sebagai tanda perkenalan.
“Saya bernama Herman teman Nita.....”
“Saya Nisa teman kuliah Sari dan NIta... ......”
Karena ia tahu bahwa kalau bukan muhrim dilarang bersentuhan. Maka Cuma saling pandang aku dan dia. Begitu terpesona kau melihat tatapan matanya. Aku srakan terhanyut dalam dunia cinta. Akhirnya pengajian di rumah Sari segera mulai. Dengan khusuk aku memperhatikan maksud dari ceramahnya seorang Ustadz bernama Ustadz Burhan. Beliau seorang guru yang mengajarkan agama di  sebuah pondok pesantren yang tak jauh dari Sari. Dalam ceramah kali ini ia akan membahas masalah tatapan seorang wanita terhadap lawan jenisnya. Dengan penuh rasa penasaran aku memperhatikan apa yang di ceramahkan malam itu.
Dalam setiap kata – kata yang dilontarkan oleh ustadz Burhan kuresapi sampai kedalam jiwa. Yang bisa membuat hati merasakan kan indahnya cinta. Akhirnya ceramah selesai pukul 22.00 WIB. Malam yang terasa dingin, Nita mengajak aku untuk pulang. Aku yang tak mau lepas dari panadangan terhadap gadis yang telah mengetarakn hatiku.
Tapi karena waktu telah larut malam aku segera pulang ke rumah apalagi tak baik seorang yang kelunyuran malam – malam begini. Dalam perjalanan aku berbincang dengan Nita tentang gadis yang bernama Nisa.
“Nita apa kamu kenal Nisa....?”
“Oh emang kenapa kamu nasir ...ya...!”
“Tidak aku cuma ingin tahu saja......”
“Ingin tahu atau hanya sekedar saja....”
“Tidak aku hanya ingin tahu saja. ....”
Herman tak mengatakan kalau dilubuk hatinya telah ada rasa yang membuat jiwanya bergetar.  Tapi perasaan untuk mengetahui dalam Herman sudah tak terbendung.
“Ada apa kamu Herman kok ngebet pengin tahu tentang Nisa...? Ah jangan – jangan naksir benar ni......”
“Ah kalau nggak mau ngasih tahu ya sudah , kamu pulang sendiri ........!”
“Ah gitu aja marah, ya sudah ni aku kasih tahu.......”
“Nisa menceritakan semua yang ia tahu tentang Nisa. Bahwa Nisa sekarang masih single alias  belum punya pacar. Banyak teman kampus yang suka padanya tapi ia menolaknya. Tak tahu apa alasannya. Tapi yang mendekatinya tentu bukan orang sembarang mulai dari anak PNS dan pejabat pemerintahan ia tolak dengan sopan dan tak ada yang terluka”.
“Nah sekarang aku ingin tahu kenapa kamu menanyakan tentang Nisa .....?”
“Oh begitu. .....”
“Herman ayo jawab......”
“Apa yang harus dijawab ......?”
“La ini lupakan ........!”
Akhirnya sampai dirumah Nita. Nita segera masuk kedalam rumahnya. Tak sepatah kata keluar dari mulut gadis tersebut.
Herman merasa heran terhadap sikap Nita. Ia malah jadi bingung padahal ia juga tak bermaksud untuk menyembunyikan apapun. Herman segera pamit dan pergi meninggalkan Nita. Tampak rasa sedih telah dirasakan Nita. Bahwa cowok yang baru ia kenal dan sempat menggetarkan hatinya menyukai kawanan yang baru bertemu malam tadi.
Malam yang dingin dan sausana hati yang pedih terhadap kejadian malam tadi telah menyayat hatinya. Nita yang sangat tersenyum gembira terhadap siapa saja. Hari ini terasa murung dengan hati yang luka.
Ia mulai terlelap tidur dalam sebuah ranjang tempat tidur yang biasa ia gunakan untuk merabah tubuhnya. Pikiran yang tak karuan membuat ia tak mudah untuk segera tertidur. Rasa hati yang sakit karena orang yang disukailebih memilih gadis lain.
Sesaat tak lama terdengar suara adzan subuh berkumandang. Dengan keadaan yang masih belum bisa tidur, aku segera bangkit dari tempat tidur. Kuambil perlengkapan sholatku dan aku segera berangkat ke masjid. Terlihat dari kejauhan, Herman datang menghampiriku.
“Nita kayaknya hari ini kamu tidak enak badankah ...!”
Terdiam sesaat Nita.
“Ah enggak kok hanya kurang tidur saja.....”
“Wah Nita aku hari merasa senang sekali.......”
“Emang ada apa ...?”
“Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik dan membuat hatiku bergetar, bagai diterpa gelomabng laut yang besar........”
“Terus apa hubungannya denganku ....”
“Tidak ada sich, aku cuma ingin berbagi kebahagian denganmu daripada murung begitu......”
“Oh itu ....!”
Terdiam sejenak mereka berdua, suara iqomat mulai berkumandang aku dan Nita segera masuk kedalam masjid. Sholatpun segera dimulai. Sholat hari ini yang dirasakan Herman begitu khusuk karena rasa bahagia telah mendera hatinya. Ini membuat pikiran Herman begitu tenang. Berbeda dengan Nita yang merasakan kesedihan mendalam dihatimya. Ia menitipkan doa agar diberi ketabahan dalam menjalani kehidupannya.
Akhirnya pagi hari yang cerah telah menampakkan sinarnya. Ayam – ayam berkokok dengan merdunya. Hari pertama ia masuk kulaih sebagai mahasiswa di fakultas pendidikan bidang matematika. Dengan semangat pagi hari aku segera mandi, untuk menyegarkan seluruh tubuhku dengan guyuran air pagi yang dingin. Terasa segar badan dan tubuhku saat itu. Kebahagian juga menyelimuti hatinya.
Herman segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Ia segera berangkat ke kampus. Dengan sepeda motor ia pergi ke kampus. semangat hari pertama kulaih ia tunjukkan, karean hari ini adalah perkenalan mahasiswa terhadap lingkungan kampusnya.
Walaupun kampusku tak seindah kampus lain aku menikamtinya. Disisi lain Nita yang hari ini masuk ke semester 4 telah berangkat ke kampusnya seperti biasa perasaan yang masih murung ia tunjukkan.
Tak lama Nita telah tiba  dikampus. Teman – temannya telah menunngu kedatangannya. Temannya yang melihat Nita dalam keadaan murung.
“Nit, hari ini kau kenapa tidak seperti biasanya  wajah di liapt begitu.....”
“Ah tidak apa – apa?, hanya kurang tidur saja.....”
“Ah bohong tak mungkin kalau kurang tidur wajah sampai dilipat begitu, kita inikan teman sudah lama lagi ......”
“Tiba – tiba datang Sari, dengan wajah ceria ia menghampiri kawannya yang sedang asyik berbincang – bincang.
“Hai kawan ada apa ini, kok ramai banget.....!”
“Oh kamu Ri, ini kawan kita Nita hari terlihat murung dan tak mau menceritakan apa permasalahannya.....”
“Oh itukah ....., emang kamu kenapa Nita, biasanya periang sekarang malah murung begitu nggak seru tahu.....!”
Terlihat muka Nita hampir mau menangis, para kawan mengetahui ada hal yang disembunyikan oleh Nita. Tapi melihat keadaan yang semakin tidak mengenakkan maka Sari dan kawannya Heni membiarkan Nita dalam keadaan termenung.
Hari dikampusnya SMTIK Banjarbaru ada penerimaan mahasiswa baru. Seluruh para mahasiswa baru berkumpul ditengah lapang. Nita dan Sari yang menjabat sebagai anggota BEM Kampus SMTIK harus memberikan pengarahan terhadapa adiknya – adiknya.
Apalagi hari sang ketua Bem belum datang yaitu Dadu. Tak lama berselang datang ketua Bem Dadu ditemani sang wakil ketua Nisa. Mereka berdua memang sanat kompak. Apalagi saat itu rasa hati Nita yang sudah tersayat hatinya karean orang yang disukai menyukai wanita lain.
Kedatangan Dadu sebagai ketua Bem. Ia langsung mengambil alih pengenlaan mahasiswa terhadap kampusanya. Dalam penjelasannya yang sangat detil dalam memberikan pengarahan terhadap adik kampus membuat merasa diharagai. Saat ia sedang memberikan pengarahan kepada adik – adiknya. Ia melihat orang yang dicintainya termenung. Bagai melihat tiada gairah hidup apalagi dari tadi waktu ia Nita terdiam tanpa ada kata – kata.
Dadu mendekati sari, dengan penuh keberanian ia mencoba menanyakan apa yang menyebabkan ia termenung. Nisa yang sebagai wakil ketua Bem mengambil alih sementara. Nita yang terlihat akan didekati oleh Dadu rasanya mau menghindar. Tapi karena sikap Dadu yang sangat gesit membuat pergerakannya mudah untuk dibaca. Dengan segera ia sudah ada didepan Nita.
“Nit, hari ini kau kenapa kulihat dari tadi termenung saja....?”
“Nggak apa – apa Dadu ......”
“Benar nih, tapi dari kamu termenung saja, kamu sakitkah hari ini kalau begitu ayo kuantar pulang .....”
“Nggak terima kasih ......”
Dadu merasa terheran saat melihat orang yang disukai mencuekinya. Apalagi ia tahu kalau tatapan mata yang ada pada diri Nita ada sebuah rahasia terpendam. Dadu yang merasa dicueki merasa kesal pada Nita. Ia pergi meninggalkan Nita yang termenung sendirian. Dengan rasa kesal karena ia tak dihiraukan lagi sikap yang selama ini ia tunjukkan kepada Nita. Tapi melihat amarah yang kian menjadi ia segera mengambil air wudlu untuk meredakan amarahnya.
Hari yang masih menjelang waktu untuk sholat dhuha. Dadu melakukan sholat Dhuha dari pada ia pusing memikirkan orang yang disukainya.  Wudlupun selesai ia segera masuk kedalam masjid kampus. Untuk segera menanjatkan melaksanakan sholat dhuha 2 raka’at. Sesudah sholat dhuha selesai. Ia segera mendoakan orang yang  dicintainya agar diberi ketabahan dalam menghadapi. Selesai berdoa ia kembali ke tempat para mahasiswa baru yang sedang berkumpul.
Nita yang dari tadi terdiam dan termenung mulai beranjak dari tempat menghampiri teman – temannya. Ia mulai sadar bahwa diri telah salah, karena ia terlalu berharap pada sesuatu yang tak mungkin. Karena orang yang disukai telah menyukai orang lain. Dan ia melupakan apa yang pernah ia alami waktu berjumpa dengannya.
Dalam masa yang sudah hampir siang suasana di kampus STMIK terasa ramai, karena banyak mahasiswa baru yang  bersuka ria dalam suasana kampus. Nita yang tadinya terdiam. Ia mulai mendekati kawan – kawannya. Yang sedang memberikan pengarahan kepada para adik – adik mahasiswa yang baru. Teman – teman memyambut gembira kedatangan Nita. Mereka yang melihat Nita telah hilang rasa galaunya.
“Nita tadi ada masalah apa kok sedih .......?”
“Oh itu aku tidak ada masalah cuma rasa tadi aku kurang semangat saja.” Nita meyembunyikan perasaan yang ada dalam hatinya...
Bersama kawan – kawan Nita berkumpul. Ternyata disana sang wakil ketua Nisa memberikan pengarah kepada adik – adik kelas tentang alam di kampus STMIK Banjarbaru.
Hari yang terasa panas, udara yang panas tak menyurutkan semangat para panitia penerimaan mahasiswa baru di STMIK Banjarbaru. Saat – saat akan menjelang suara adzan dhuhur yang akan segera dikumandangkan. Maka para pengurus BEM STMIK segera mengistirahat para adik – adiknya.
Dan mempersilakan bagi yang beragama islam untuk melakukan kewajiban menjalan sholat dzuhur. Nita yang sangat agamis juga tak lupa untuk sholat dzuhur. Ia membimbing kawan – kawan agar menuju ke masjid. Saat menagmbil air wudlu ia teringat pada sesorang yang pernah ia cintai. Maka dengan apa yang pikirkan membuat hatinya kembali sedih. Hati yang sudah tenang kembali bergejolak. Tapi karena ia ingin melaksanakan perintah Allah SWT. Maka ia segera menyelesaiakn wudlu untuk sholat dzuhur berjama’ah. Dan menyerah semua pada Allah SWT. Hari siang yang terasa panas dan menyenggat tubuh tidak terasa hari sudah semakin siang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar