Pagi
yang indah suasana hati. Yang kian termenung saat udara pagi yang begitu
menyejukkan hati. Ini adalah hari dimana ia dapat sesaatu hal baru. Dengan semilir
pagi yang begitu nyaman. Suara kokokan ayam yang menambah merdunya pagi. Dan
siulan burung – burung terasa menyejukkan hati saat itu terlintas di benakku
sesosak wanita yang sangat cantik membuat kegelisah hatiku. Aku bernama Herman.
Aku yang masih kuliah di perguruan tinggi swasta yang berada di kota
Banjarbaru. Baru menghinjak semester 2.
Aku yang tak tenang berada dirumah. Dengan
rasa gusar dalam hatiku ini. Pikiran yang dulunya tenang sekarang melayang
entah kemana. Semakin lama gusar hatiku ini. Menambah kepedihan hatiku. Hari
semakin siang suara angin bertiup semakin semilir menerpa keringat dingin yang
ada pada tubuhku. Suasana yang panas dalam hatiku seakan dingin oleh terpaan
sayuan angin. Tubuh yang kurus kering terasa segar seakan semangat hilang telah
kembali lagi.
Dengan
kegundahan hati yang tidak akan berhenti. Tanpa ada pencerahan dalam diri. Aku
mencoba untuk menghilangkannya. Saat matahari hampir diatas kepala.
Aku
mengeluarkan kendaraan motor buntut untuk menemaniku jalan- jalan mengelingi
sekitar Martapura tempat tinggalku. Kulaju motor buntut tersebut dengan pelan
dan santai. Sambil menimati jalan – jalan yang indah di Martapura. Dengan
suara bising kendaraan tua ini aku menyelusuri selusuh pelosok jalan, gang.
Demi untuk menghilang kegundahan hati yang kian hari bertamabah panas. Hari ini
aku sendiri menyelusuri gang kecil, besar dan seluruh jalan yang berada di
sepanjang Martapura.
Sepanjang
hari aku tempuh dengan berkendara sepeda motor untuk menghilang rasa gundah
hatiku ini. Perjalanan panajang yang tanpa tujuan bagai harapan yang kosong
berada didepan. Saat itu perjalanan yang panjang aku tempuh. Dengan terik
matahari yang menyengat sampai menghanguskan kulit. Tak melupakan jalan
petualanganku. Petualangan jalan yang
kulalui seakan menambah kepedihan hatiku. Di sudut gang jalan sempit, aku
berkendara dengan santai. Kulihat segerombolan santri – santri berjalan dengan
anggun. Kulihat indah dan mempesona dengan pakaian muslim yang cantik dan
anggun membuat mataku terpana. Hilang sudah kegundahan hatiku.
Perasaan
yang semakin melayang membawaku ke alam bawah sadarku. Terbawa oleh hembusan angin sore yang begitu
dingin menyejukkan pandangan mata. Hingga membuat aku tenggelam dalam kahayalan
yang sebenarnya.
“Ada
apa gerangan ....?”.
“Mengapa
aku jadi seperti ini.....?”.
Pertanyaan
inilah yang timbul dalam benakku. Setiap kaki melangkah terasa berat untuk
kembali kerumah . perasaan bergetar dalam dadaku membuat jantungku bedenyut
kencang. Saat itu itu kudengar suara adzan magrib kumandang. Tergetar hatiku
oleh merdu pangggilan Illahi. Dengan jalan yang tegap aku segera menuju ke
masjid. Suasana terlintas di pikiranku keindahan yang abadi. Saat aku berjalan
ke masjid dengan jalan terlalu cepat, ternyata didepan ada seorang wanita cantik
masih muda.
Tanpa
sadar aku menabraknya hingga barang yang dibawa jatuh. Sebuah kitab suci
alqur’an. Dengan segera aku membantu mengambil. Waktu tangan mau sampai pada
benda tersebut tangan wanita telah sampai dulu. Tak sadar aku memegang tangan
wanita tersebut bergetar hatiku ini. Jantung berdetak kencang. Seperti bunyi
genderang diwaktu perang. Tersenyum sang waniita tersebut padaku. Aku yang
melihat tersipu malu padanya. Dengan segera kulepaskan peganganku.
Maka
sang wanita pergi meninggalkan memasuki masjid. Terkejut aku ada orang wanita
yang sanagt rajin ke masjid masih muda kira – kira seumuranlah denganku.
“Ah
apa benar yang kulihat itu .....?”.
Tanya
batin yang merasakan keindahan hati. Sesaat aku segera menuju ke masjid untuk
sholat berjamaah sholat Magrib. Sholat magrib berjamaah dilakasanakan. Selesai
sholat seluruh jamaah berdoa bersama. Saat aku mau pulang. Didepan pintu keluar
masjid masijd aku terkejut ada sesosok wanita yang merasa ada yang ditunggu.
Aku yang merasa penasaran segera menemuinya.
Dengan
segera aku menghampirinya. Walaupun hati berdebar ketika meliat wanita yang
cantik didepan mataku. Seolah jiwaku ini terpanggil untuk menemuinya. Saat
kucoba mendekati ternyata wanita yang aku tabrak tadi. Aku segera menanyakan.
“Permisi,
mbak ada yang bisa saya bantu......!”.
“Oh
mas yang tadi, sebenarnya aku menunggu mas untuk mengucapkan terima
kasih......”. “ Oh yang mbak sama – sama.....”
Tanpa
sepatah kata yang terucap lagi wanita tersebut segera meninggalkan. Denyut
jantung yang berdetak seakan tak mau berhenti. Kepergian wanita tadi telah
membuat gemuruh hatiku yang tak tentu. Aku segera menuju ke rumah karena kedua
orang tuaku telah menunggu untuk makan malam bersama.
Dirumah
ibuku telah menyiapkan makanan kesukaan yaitu sambal Gudeg. Dengan sedikit
makanan yang menggugah selera makanan itu ku nikmati sambil menghayal seseatu
yang ada dalam benakku semakin aku makan semakin tajam pikiran mengenai wajah
wanita tersebut hingga membuatku hilang arah dalam pandangan.
Suara
adzan terdengar jelas ditelinggaku. Suara yang
sangat merdu membuat hati seakan – akan ada cinta tersembunyi dalam
dadaku. Hingga selasai adzan makanan yang ku makan belum sempat habis. Hal ini
semakin aku jatuh dalam asmara cinta yang bergelora. Seakan hidup ini terasa
berarti buatku.
Aku
segera berjalan ke masjid disamaping rumah. Bergetar hatiku saat melihat wanita
yang pernah kutemui tadi sore sebelum magrib. Apalagi senyum yang manis membuat
hatiku dibutakan oleh cinta yang ada dalam hatiku. Seakan hati ini tertuju
untuk wanita yang ada didepan mataku. Perlahan – lahan aku mencoba
mendekatinya. Dengan panggilan yang soapn aku ucapkan untuk menyapanya.
“Hai
....!”.
“Oh
mas yang kemarin...., ada apa ya...?”.
Mendengar
panggilan yang halus seakan hatiku hanyut dalam
cinta. Kutatap tajam kedua matanya . hingga batin ini tak kuasa untuk
menahan apa yang ada didepan mata.
“Ada
apa ya ...?”.
Diulangi
perkataanya padaku.
“Dari
tadi kita bertemu masah belum tahu namanya sama sekali......!”.
“Oh
ya , perkenalakan nama saya Nita.....”. “Dan mas siapa...?”.
“Saya
bernama Herman, tinggal diseberang
masjid ini ....., kamu tinggal dimana ..?”.
“Saya
tinggal di sebelah kanan masjid .....”.
Suara
iqomat segera berkumandang. Aku ambil air wudhu berkumur , kubasuh muka,
tangan, kepala, telingga dan kaki. Tersegar seluruh badan dan jiwa. Ketenangan
juga menyelimuti seluruh tubuhku. Apalagi setelah tahu bahwa wanita tersebut
cuma tinggal diseberang jalan. Hal ini membuatku bahagia. Sholat Isyapun segera
dilaksanakan. Dengan khusyu’ aku melakukan solat isya’. Dalam waktu tak terlalu
lama sholat selesai. Doa pun segera dibacakan.
Sholat
magarib akhirnya selesai. Kuberjalan dengan penuh ceria yang saat keluar
masjid. Didepan pintu muka Nita menunggu aku yang berjalan menuju ke arahnya.
Seolah bagai apa perasaanku ini ...?. perasaan yang berdebar jantung tak mau
berhenti ini seakan membakar tubuhku.
Perasaan
apa ya....?, kenapa hatiku berdebar .....?, tanya hatiku .
Semakin
mendekat aku, semakin pula jantung berdebar kencang bagai genderang mau perang.
Tiba – tiba Nita menyapaku.
“Mas
nanti mas habis isya’ ada acara tidak.....!”.
Hatiku
yang berdebar seakan tak berkutik didepannya. Panggilannya seakan menghanyutkan
rasa dalam dada ini cinta yang membuatku terpana..?”.
“Mas
nanti habis isya’ ada acara tidak...!”.
Pertanyaan
yang diulang seakan menghayutkan hatiku ini. Tak terasa akau merasa melayang
diangkasa hidup bagai burung bebas.
“Mas
kenapa sich diam saja....?”.
“Oh
ada apa ya Nit.....?”.
“Tuhkan mas ngelamun ya....”.
“Maaf
.....!”.
“Mas
nanti habis isya’ ada acara tidak ...!”.
“Oh
enggak emang ada apa ...?”.
“Bagus
dech, mas nanti mau menemani aku untuk pengajian malam dirumah kawanku, mau apa tidak...?”.
“Oh
itu, tentu saja mau.....!”
Suara
adzan isya’ mulai berkumandang. Panggilan Allah SWT telah tiba. Para
musllimberbondong – bondong ke masjid. Rumah Allah SWT yang berada di seberang
rumahku memang selau ramai didatangi oleh para mislim pengikut nabi Muahammad
SAW.
Aku
yang selsaiakn makan malam bersama keluargaku. Bergegas aku segera
menyeselsaikannya. Aku segera menuju panggilan Allah SWT. Nita yang tak jauh
dari rumah ke masjid sudah berada di masjid. Dan sudah melakukan sembahyang
sunat. Aku ambil air wudlu untuk berkumur dalam muluku, membasuh
muka, kedua tangan, kepala dan telingga begutu juga kedua kakiku. Aku
dengar iqomat telah di kumandangkan. Saf – saf tertata dengan rapi. Aku yang
datang agak belakang berada di saf paling belakang.
Sholat
berjamah isya’pun dilakukan dengan kidmat. Suasana malam yang begitu sunyi dan
kekusyukan dalam sholat yang dirasakn berbeda dengan malam sebelumnya. Pada
waktu sholat berjamaah selesai. Aku yang sesaat mau pulang ke rumah.
Tiba-
tiba dengan panggilan lantang di belakang sura sesosok gadis yang bernama Nita
menaggilku.
“Her
jadikah menemaniku ke pengajian rumah kawanku.....!”
“Oh
iya hampir saja aku lupa, sekarangkah kita berangkat....!”
“Iyalah
mash minggu depan....!”
Aku
segera mengambil sepeda motor buntutku. Kuboncengkan Nita, dengan pelukan erat
ia memegang pinggulku. Terasa bergetar hatiku ini. Dengan pelan – pelan aku
menuju ke rumah kawannya yang bernama Sari. Ternyata ramai sekali pengajian
yang terselengara di rumah Sari. Semua yang datang adalah teman mahasiswa Sari.
Aku yang belum kenal seluruh kawan, tiba – tiba ada seorang lelaki yang
mendekati. Badan sedikit kecil dariku. Dengan lagak yang lucu. Ia menyapa pada
diriku.
“Hai
kawan siapa namamu....?”
“Oh
aku bernama Herman, kamu siapa .....?”
“
Adalah Dadu kawan kulaih Sari. Aku sekarang baru semester 4. Dan kamu kulaih
dimana ...?”
“Aku
sekarang kulaih di STKIP Banjarmasin jurusan matematika. Dan Dadu kulaih
dimana....?”
“Aku
kulaih di STMIK Banjarmasin bersama Sari dan Nita. ..”
“Oh
begitu...”
“Herman
apa pacar Nita.....?”, tanya Dadu yang
sambil celengesan menanyakannya.
“Bukan
aku kenal Nita karena ia satu kampung denganku...”
Hati
Dadu terasa lega. Saat pengajian segera dimulai seluruh jamaah pengajian segera
berkumpul. Banyak gadis berkerundung berkumpul dalam pengajian tersebut.
Terlihat
sesok gadis yang sangat cantik dari sudut berseberang dengan tempat duduk Nita.
Bahkan rasa hatiku yang semakin hanyut dalam bui asmara cinta. Ini lebih
dhasyat saat aku bertemu Nita. Gelombang cinta yang membara dalam alunan melodi
syair Al Quran bergemeruh dalam hatiku.
Terlihat
wajah nan cantik dari lubuk hatiku. Sepertinya aku melihat bidadari yang sangat
elok menawan hatiku. Aku yang terbayang dalam bayang malam yang begitu
mempesona.
Tiba - tiba ada sebauh panggilan.
“Her
....!” Her....!”
Tersadar
aku, kulihat didepan mata telah datang seoarang gadis cantik. Nita kemudian
memperkenalkan gadis itu kepadaku. Seakan jiwa telah ada goncangan cinta yang
membara. Kemudian aku mulai berkenalan
saat itu juga aku merasa ada yang bergetar dalam jiwa. Dengan sedikit malu dan
penuh percaya diri aku menganagkat tangan kananku untuk sebagai tanda
perkenalan.
“Saya
bernama Herman teman Nita.....”
“Saya
Nisa teman kuliah Sari dan NIta... ......”
Karena
ia tahu bahwa kalau bukan muhrim dilarang bersentuhan. Maka Cuma saling pandang
aku dan dia. Begitu terpesona kau melihat tatapan matanya. Aku srakan terhanyut
dalam dunia cinta. Akhirnya pengajian di rumah Sari segera mulai. Dengan khusuk
aku memperhatikan maksud dari ceramahnya seorang Ustadz bernama Ustadz Burhan.
Beliau seorang guru yang mengajarkan agama di
sebuah pondok pesantren yang tak jauh dari Sari. Dalam ceramah kali ini
ia akan membahas masalah tatapan seorang wanita terhadap lawan jenisnya. Dengan
penuh rasa penasaran aku memperhatikan apa yang di ceramahkan malam itu.
Dalam
setiap kata – kata yang dilontarkan oleh ustadz Burhan kuresapi sampai kedalam
jiwa. Yang bisa membuat hati merasakan kan indahnya cinta. Akhirnya ceramah
selesai pukul 22.00 WIB. Malam yang terasa dingin, Nita mengajak aku untuk
pulang. Aku yang tak mau lepas dari panadangan terhadap gadis yang telah
mengetarakn hatiku.
Tapi
karena waktu telah larut malam aku segera pulang ke rumah apalagi tak baik
seorang yang kelunyuran malam – malam begini. Dalam perjalanan aku berbincang
dengan Nita tentang gadis yang bernama Nisa.
“Nita
apa kamu kenal Nisa....?”
“Oh
emang kenapa kamu nasir ...ya...!”
“Tidak
aku cuma ingin tahu saja......”
“Ingin
tahu atau hanya sekedar saja....”
“Tidak
aku hanya ingin tahu saja. ....”
Herman
tak mengatakan kalau dilubuk hatinya telah ada rasa yang membuat jiwanya
bergetar. Tapi perasaan untuk mengetahui
dalam Herman sudah tak terbendung.
“Ada
apa kamu Herman kok ngebet pengin tahu tentang Nisa...? Ah jangan – jangan
naksir benar ni......”
“Ah
kalau nggak mau ngasih tahu ya sudah , kamu pulang sendiri ........!”
“Ah
gitu aja marah, ya sudah ni aku kasih tahu.......”
“Nisa
menceritakan semua yang ia tahu tentang Nisa. Bahwa Nisa sekarang masih single
alias belum punya pacar. Banyak teman
kampus yang suka padanya tapi ia menolaknya. Tak tahu apa alasannya. Tapi yang
mendekatinya tentu bukan orang sembarang mulai dari anak PNS dan pejabat
pemerintahan ia tolak dengan sopan dan tak ada yang terluka”.
“Nah
sekarang aku ingin tahu kenapa kamu menanyakan tentang Nisa .....?”
“Oh
begitu. .....”
“Herman
ayo jawab......”
“Apa
yang harus dijawab ......?”
“La
ini lupakan ........!”
Akhirnya
sampai dirumah Nita. Nita segera masuk kedalam rumahnya. Tak sepatah kata
keluar dari mulut gadis tersebut.
Herman
merasa heran terhadap sikap Nita. Ia malah jadi bingung padahal ia juga tak
bermaksud untuk menyembunyikan apapun. Herman segera pamit dan pergi
meninggalkan Nita. Tampak rasa sedih telah dirasakan Nita. Bahwa cowok yang
baru ia kenal dan sempat menggetarkan hatinya menyukai kawanan yang baru
bertemu malam tadi.
Malam
yang dingin dan sausana hati yang pedih terhadap kejadian malam tadi telah
menyayat hatinya. Nita yang sangat tersenyum gembira terhadap siapa saja. Hari
ini terasa murung dengan hati yang luka.
Ia
mulai terlelap tidur dalam sebuah ranjang tempat tidur yang biasa ia gunakan
untuk merabah tubuhnya. Pikiran yang tak karuan membuat ia tak mudah untuk
segera tertidur. Rasa hati yang sakit karena orang yang disukailebih memilih
gadis lain.
Sesaat
tak lama terdengar suara adzan subuh berkumandang. Dengan keadaan yang masih
belum bisa tidur, aku segera bangkit dari tempat tidur. Kuambil perlengkapan
sholatku dan aku segera berangkat ke masjid. Terlihat dari kejauhan, Herman
datang menghampiriku.
“Nita
kayaknya hari ini kamu tidak enak badankah ...!”
Terdiam
sesaat Nita.
“Ah
enggak kok hanya kurang tidur saja.....”
“Wah
Nita aku hari merasa senang sekali.......”
“Emang
ada apa ...?”
“Tadi
malam aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik dan membuat
hatiku bergetar, bagai diterpa gelomabng laut yang besar........”
“Terus
apa hubungannya denganku ....”
“Tidak
ada sich, aku cuma ingin berbagi kebahagian denganmu daripada murung
begitu......”
“Oh
itu ....!”
Terdiam
sejenak mereka berdua, suara iqomat mulai berkumandang aku dan Nita segera
masuk kedalam masjid. Sholatpun segera dimulai. Sholat hari ini yang dirasakan
Herman begitu khusuk karena rasa bahagia telah mendera hatinya. Ini membuat
pikiran Herman begitu tenang. Berbeda dengan Nita yang merasakan kesedihan
mendalam dihatimya. Ia menitipkan doa agar diberi ketabahan dalam menjalani
kehidupannya.
Akhirnya
pagi hari yang cerah telah menampakkan sinarnya. Ayam – ayam berkokok dengan
merdunya. Hari pertama ia masuk kulaih sebagai mahasiswa di fakultas pendidikan
bidang matematika. Dengan semangat pagi hari aku segera mandi, untuk
menyegarkan seluruh tubuhku dengan guyuran air pagi yang dingin. Terasa segar
badan dan tubuhku saat itu. Kebahagian juga menyelimuti hatinya.
Herman
segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Ia segera berangkat ke kampus.
Dengan sepeda motor ia pergi ke kampus. semangat hari pertama kulaih ia
tunjukkan, karean hari ini adalah perkenalan mahasiswa terhadap lingkungan
kampusnya.
Walaupun
kampusku tak seindah kampus lain aku menikamtinya. Disisi lain Nita yang hari
ini masuk ke semester 4 telah berangkat ke kampusnya seperti biasa perasaan
yang masih murung ia tunjukkan.
Tak
lama Nita telah tiba dikampus. Teman –
temannya telah menunngu kedatangannya. Temannya yang melihat Nita dalam keadaan
murung.
“Nit,
hari ini kau kenapa tidak seperti biasanya
wajah di liapt begitu.....”
“Ah
tidak apa – apa?, hanya kurang tidur saja.....”
“Ah
bohong tak mungkin kalau kurang tidur wajah sampai dilipat begitu, kita inikan
teman sudah lama lagi ......”
“Tiba
– tiba datang Sari, dengan wajah ceria ia menghampiri kawannya yang sedang
asyik berbincang – bincang.
“Hai
kawan ada apa ini, kok ramai banget.....!”
“Oh
kamu Ri, ini kawan kita Nita hari terlihat murung dan tak mau menceritakan apa
permasalahannya.....”
“Oh
itukah ....., emang kamu kenapa Nita, biasanya periang sekarang malah murung
begitu nggak seru tahu.....!”
Terlihat
muka Nita hampir mau menangis, para kawan mengetahui ada hal yang disembunyikan
oleh Nita. Tapi melihat keadaan yang semakin tidak mengenakkan maka Sari dan
kawannya Heni membiarkan Nita dalam keadaan termenung.
Hari
dikampusnya SMTIK Banjarbaru ada penerimaan mahasiswa baru. Seluruh para
mahasiswa baru berkumpul ditengah lapang. Nita dan Sari yang menjabat sebagai
anggota BEM Kampus SMTIK harus memberikan pengarahan terhadapa adiknya –
adiknya.
Apalagi
hari sang ketua Bem belum datang yaitu Dadu. Tak lama berselang datang ketua
Bem Dadu ditemani sang wakil ketua Nisa. Mereka berdua memang sanat kompak. Apalagi
saat itu rasa hati Nita yang sudah tersayat hatinya karean orang yang disukai
menyukai wanita lain.
Kedatangan
Dadu sebagai ketua Bem. Ia langsung mengambil alih pengenlaan mahasiswa
terhadap kampusanya. Dalam penjelasannya yang sangat detil dalam memberikan
pengarahan terhadap adik kampus membuat merasa diharagai. Saat ia sedang
memberikan pengarahan kepada adik – adiknya. Ia melihat orang yang dicintainya
termenung. Bagai melihat tiada gairah hidup apalagi dari tadi waktu ia Nita
terdiam tanpa ada kata – kata.
Dadu
mendekati sari, dengan penuh keberanian ia mencoba menanyakan apa yang
menyebabkan ia termenung. Nisa yang sebagai wakil ketua Bem mengambil alih
sementara. Nita yang terlihat akan didekati oleh Dadu rasanya mau menghindar.
Tapi karena sikap Dadu yang sangat gesit membuat pergerakannya mudah untuk
dibaca. Dengan segera ia sudah ada didepan Nita.
“Nit,
hari ini kau kenapa kulihat dari tadi termenung saja....?”
“Nggak
apa – apa Dadu ......”
“Benar
nih, tapi dari kamu termenung saja, kamu sakitkah hari ini kalau begitu ayo
kuantar pulang .....”
“Nggak
terima kasih ......”
Dadu
merasa terheran saat melihat orang yang disukai mencuekinya. Apalagi ia tahu
kalau tatapan mata yang ada pada diri Nita ada sebuah rahasia terpendam. Dadu
yang merasa dicueki merasa kesal pada Nita. Ia pergi meninggalkan Nita yang
termenung sendirian. Dengan rasa kesal karena ia tak dihiraukan lagi sikap yang
selama ini ia tunjukkan kepada Nita. Tapi melihat amarah yang kian menjadi ia
segera mengambil air wudlu untuk meredakan amarahnya.
Hari
yang masih menjelang waktu untuk sholat dhuha. Dadu melakukan sholat Dhuha dari
pada ia pusing memikirkan orang yang disukainya. Wudlupun selesai ia segera masuk kedalam
masjid kampus. Untuk segera menanjatkan melaksanakan sholat dhuha 2 raka’at.
Sesudah sholat dhuha selesai. Ia segera mendoakan orang yang dicintainya agar diberi ketabahan dalam
menghadapi. Selesai berdoa ia kembali ke tempat para mahasiswa baru yang sedang
berkumpul.
Nita
yang dari tadi terdiam dan termenung mulai beranjak dari tempat menghampiri
teman – temannya. Ia mulai sadar bahwa diri telah salah, karena ia terlalu
berharap pada sesuatu yang tak mungkin. Karena orang yang disukai telah
menyukai orang lain. Dan ia melupakan apa yang pernah ia alami waktu berjumpa
dengannya.
Dalam
masa yang sudah hampir siang suasana di kampus STMIK terasa ramai, karena
banyak mahasiswa baru yang bersuka ria
dalam suasana kampus. Nita yang tadinya terdiam. Ia mulai mendekati kawan –
kawannya. Yang sedang memberikan pengarahan kepada para adik – adik mahasiswa
yang baru. Teman – teman memyambut gembira kedatangan Nita. Mereka yang melihat
Nita telah hilang rasa galaunya.
“Nita
tadi ada masalah apa kok sedih .......?”
“Oh
itu aku tidak ada masalah cuma rasa tadi aku kurang semangat saja.” Nita
meyembunyikan perasaan yang ada dalam hatinya...
Bersama
kawan – kawan Nita berkumpul. Ternyata disana sang wakil ketua Nisa memberikan
pengarah kepada adik – adik kelas tentang alam di kampus STMIK Banjarbaru.
Hari
yang terasa panas, udara yang panas tak menyurutkan semangat para panitia
penerimaan mahasiswa baru di STMIK Banjarbaru. Saat – saat akan menjelang suara
adzan dhuhur yang akan segera dikumandangkan. Maka para pengurus BEM STMIK
segera mengistirahat para adik – adiknya.
Dan
mempersilakan bagi yang beragama islam untuk melakukan kewajiban menjalan
sholat dzuhur. Nita yang sangat agamis juga tak lupa untuk sholat dzuhur. Ia
membimbing kawan – kawan agar menuju ke masjid. Saat menagmbil air wudlu ia
teringat pada sesorang yang pernah ia cintai. Maka dengan apa yang pikirkan
membuat hatinya kembali sedih. Hati yang sudah tenang kembali bergejolak. Tapi
karena ia ingin melaksanakan perintah Allah SWT. Maka ia segera menyelesaiakn
wudlu untuk sholat dzuhur berjama’ah. Dan menyerah semua pada Allah SWT. Hari
siang yang terasa panas dan menyenggat tubuh tidak terasa hari sudah semakin
siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar