Cermin Pancasila - Sastra Education

Breaking

Kamis, 10 Januari 2019

Cermin Pancasila


Perkembangan teknologi seperti ancaman terbesar dalam pembangunan Indonesia. Banyak masalah dan kasus yang tak bermoral membuat negara kita kian merana. Kita melihat media sosial yang menjadikan ajang penyebaran berita Hoax dan tak beradab bahkan ada yang ceramah menghina presiden kita. Ini bukti bahwa masyarakat kita telah kehilangan adabnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyisakan beberapa persoalan yang perlu perhatian. Tidak dipungkiri masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi untuk menjadi alternatif penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari (Iptek sebagai produk budaya), namun pada kondisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut kurang mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia.
Perkembangan teknologi saat ini, yang ditandai hadirnya zaman modern, termasuk di Indonesia diikuti oleh gejala dekadensi adab yang benar-benar berada pada taraf yang memprihatinkan. Banyaknya berita hoax, ujaran kebencian dan radikalisme adalah wujud nilai adab yang mulai menghilang. Akhlak mulia merupakan adab Pancasila nyata seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, tepo seliro (toleransi), dan saling mengasihi sudah mulai terkikis oleh penyelewengan, penipuan, permusuhan, penindasan, saling menjatuhkan, menjilat, mengambil hak orang lain secara paksa dan sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan tercela yang lain.
Kemerosotan adab atau yang sering kita dengar dengan istilah ‘dekadensi adab’ sekarang ini tidak hanya melanda kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar yang menjadi generasi penerus bangsa. Orang tua, guru, dan beberapa pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku di luar batas kesopanan dan kesusilaan, semisal: mabuk-mabukan, tawuran, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan dan seks bebas, bergaya hidup hedonis dan hippies di Barat, dan sebagainya.
Di antara akibat negatif dari era global ini, ialah nilai-nilai spiritualitas agama menjadi momok dalam kehidupan, agama hanya untuk akhirat, sementara urusan dunia tidak berkaitan dengan agama. Sebagian masyarakat menjauh dari nilai-nilai agama, nilai-nilai sosial budayadan nilai-nilai falsafah bangsa.

Ujaran kebencian yang bisa menjadi ladang pemisah persatuan kita merupakan wujud moral dan nilai-nilai kebaikan yang terkandung pada Pancasila mulai menghilang. Pemerintah telah gencar menyuarakan nilai-nilai Pancasila tetapi kenyataan nilai-nilai yang terkandung didalamnya hanya dijadikan bantal dan guling ketiduran.
Padahal Pancasila merupakan fakta sejarah. Dimana nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yang sudah ada sejah dahulu kala, sebelum Indonesia merdeka dan sebelum Pancasila dijadikan dasar negara. Karena itu Pancasila sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian asli bangsa Indonesia. Pancasila bagian dari budaya dan kehidupan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan karakter dan adab bangsa. Semua bagian dari cita-cita, harapan, dan impian bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam kehidupan. Inti nilai-nilai Pancasila memiliki sifat universal merupakan karakter dan adab bangsa.
Dimana karakter dan adab Pancasila menjadikan pribadi Indonesia yang utama. Kasus ujaran kebencian yang banyak terjadi merupakan wujud Pancasila hanya dipandang sebelah mata. Kasus ujaran kebencian bahkan sampai menghina presiden kita adalah nilai-nilai Pancasila kurang menjadi domain dalam masyarakat.
Saat ini masyarakat tengah mengalami krisis adab dan kejiwaan sebagai akibat dari gelombang krisis materialisme. Tradisi hidup materialistik tidak menjadikan adabilitas sebagai anutan, akan tetapi kekayaan yang dijadikan ukuran kemuliaan dan kehormatan.
Dekadensi adab yang ditunjukkan oleh sebagian generasi muda harapan masa depan tersebut, meskipun tidak besar prosentasenya, namun menjadi sesuatu yang disayangkan dan bahkan mencoreng kredibilitas dan kewibawaan dunia pendidikan.

Hal ini karena banyak kalangan pejabat memberikan contoh yang buruk bagi generasi muda. Pejabat korupsi yang tak malu jika disorot media. Bahkan kalangan artis ikut-ikutan saat melakukan hal hina yang disorot media. Para pejabat dan public figure yang seharusnya menunjukkan sikap dan perbuatan yang bermuatan akhlak mulia justru menunjukkan tingkah laku yang sebaliknya. Tidaklah berlebihan ketika dalam kasus ini kita sebagai warga negara Indonesia merasa gelisah dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Persoalan yang muncul kemudian adalah seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diagung-agungkan justru tidak disertai dengan perkembangan nilai atau adabilitas yang baik, malah justru sebaliknya.
Sejalan dengan ideology Pancasila yang tidak hanya tertuang dalam teks dan terucap dalam lisan tetapi juga perlu adanya penghayatan dan pengamalan bagi masing-masing pribadi bangsa Indonesia. Pejabat dan public figure merupakan arsitek pembangunan adab Pancasila. Dimana contoh penghayatan dan pengamalan menjadi contoh yang baik bagi generasi muda. Dalam hal ini, setiap pejabat, public figure, guru dan orang tua di lingkungan masyarakat haruslah menjadi “teladan yang hidup” bagi para generasi muda. Selain itu, mereka harus siap untuk bersikap terbuka dan mendiskusikan nilai-nilai adabilitas yang baik tersebut dengan para generasi muda. Dengan demikian akan terjadi proses internalisasi intelektual bagi generasi muda.
Pancasila merupakan pribadi sekaligus cita-cita bangsa Indonesia dan Pancasila bukanlah norma kolektif yang hanya disusun secara tekstual saja namun perlu disadari bahwa Pancasila merupakan buah panggilan dan perumusan dari apa yang telah ada dalam diri bangsa Indonesia, yang akan menjadi mandul jika tidak digulati dalam kehidupan pribadi yang paling pribadi. Maka dengan Pancasila diharapkan benar-benar menjadi watak dan adab yang mencirikan pribadi Indonesia yang meresapi setiap warga negaranya. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat tercermin dalam setiap sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar