Rumah
mungil di pingiran kota. Kecil tetapi memiliki makna. Tinggal seorang keluarga
dengan 4 penghuni. Ayah, ibu dan 2 orang laki-laki. Mereka termasuk keluarga
dikalangan menengah, tidak kaya dan tidak miskin. Ayahnya bekerja sebagai buruh
pabrik. Ibunya berdagang ayam di pasar. Anak laki-lakinya masih sekolah SD dan
SMP. Anak pertama bernama Herman, kedua Hernan. Pagi saat matahari pagi
bersinar terang. Bunga-bunga menyambut pagi hari. Sinar pagi embun menetes dari
daun ke daun. Malam hujan segar dengan cahaya pagi.
“Bangun
Her!,” teriak ibunya. “Kamu berangkat sekolah tidak! Anak jaman sekarang kalau
tidur seperti kerbau kesiangan.”
Mata
sayup, karena setelah subuh tiba, mereka sholat langsung menyentuh tempat tidur
lagi. Mata masih 5 watt. Pukul setengah enam, mereka bangun dan merapikan
tempat tidur.
Ibu
sudah menyiapkan makan di meja makan. Tak lupa ia menaruh susu kesukaan ayah
dan kedua anaknya. Empat gelas susu Indomilk disediakan di meja makan. Susu
sehat dan bergizi mengandung zat yang dapat meningkatkan kerja otak.
“Susu
Indomilk! Susu untuk menggapai cita-cita gemilang,” kata Herman seperti di
iklan.
Makan
telah siap disantap. Makanan empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi penuh
gizi dan berenergi.
“Terima
kasih, Ibu !” kata kedua anaknya.
Perjuangan
ibu membangun kepribadian dan karakter
keduanya anaknya adalah sebauh bentuk pengabdian untuk membangun negara.
“Sama-sama!”
kata ibunya.
“Kami
berangkat ibu,” kata kedua anaknya.
Mereka
berdua meninggalkan meja makan dan sudah minum susu Indomilk. Kedua saudara
dengan akur berangkat sekolah bersama-sama. Tak ada pertengkaran diantaranya.
Tak lupa ibunya membekali minuman susu Indomilki di dalam tas mereka berdua.
Dalam
pelajaran sekolah kedua anaknya selalu unggul dalam segala bidang pelajaran. Sebuah
pejuangan untuk menggapai cita-cita gemilang.
Otaknya
yang cemerlang berkat susu Indomilk. Kasih sayang ibu untuk memenuhi gizi
keluarga dengan perjuangan dan pengabdiannya.
Di
kelas Herman mempunyai banyak kawan, Herman memang selalu pilih memilih dalam
bergaul. Ibu pesan agar selalu melihat kawannya, apa ia baik kepribadian dan
karakternya atau tidak. Jika baik kepribadian dan karakternya maka ia selalu
mendekat dengan santun dalam bergaul. Jika buruk kepribadian dan karakternya ia
akan menjauhi dengan sopan.
Ia
tak memandang miskin atau kaya. Asal baik ia dekat. Pelajaran pertama akan
segera dimulai. Matematika adalah konsep logika otak kiri manusia. Bidang-bidang
numeric selalu ada dalam setiap kehidupan manusia. Bukan masalah bisa atau
tidak. Karena matematika adalah berlatih mencoba.
Saat
guru menulis soal di papan tulis. Guru memberi kesempatan pada muridnya untuk
mengerjakannya. Saat Guru menyuruh siswa maju ke depan. Herman dengan sigap
memberanikan diri maju ke depan. Dengan cekatan dan lihai otaknya soal itu
dapat dijawab Herman.
Matematika
bukan pelajaran mematikan bagi Herman. Berkat sang Bunda ia dapatkan otaknya
cerdasnya, susu Indomilk memberikan daya kerja otak lebih maksimal.Sedangkan
adiknya sama seperti kakaknya. Ia cerdas dan pintar seperti kakaknya. Matematika
bukan pelajaran mematikan tetapi sebuah pengetahuan logika kemajuan.
Waktu
istirahat menjelang. Herman tak lupa minum bawaan dari rumahnya. Susu Indomilk,
susu negeri, dari generasi ke generasi. Adiknya tak lupa untuk
meminumnya.Menjelang pukul setengah dua waktu Indonesia Barat, Herman dan
adiknya pulang dari sekolah. Sang Ibu telah siap di meja susu Indomilk dan
makanan pendukung lainnya. Ibu memang orang sederhana tetapi untuk gizi dan
pertumbuhan anaknya ia selalu memberikan yang terbaik.
Keluarga
sederhana menjaga makna bersyukur, sang Ibu penuh perjuangan menjaga kedua buah
hatinya. Saat penerimaan Rapor telah tiba. Sang ibu mendapatkan kabar gembira
kedua buah hatinya mendapatkan hasil yang terbaik. Kedua menempati posisi
teratas dalam perolehanan nilai di sekolahnya.
Beberapa
tahun kemudian anak-anaknya telah tumbuh dewasa. Satunya menjadi pengusaha
internet termuka dan satunya menjadi polisi. Berkat ibu dengan memberikan gizi
terbaik yaitu susu Indomilk kedua anaknya mengapai cita-cita gemilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar